Guruku Yang Hilang Dalam Pandemi

ajitio puspo utomo
Chapter #11

Bagian Sebelas: Pak Sanusi

Maka ijinkan aku untuk menceritakan sedikit tentang tokoh Pak Sanusi, yang terkenal masyhur ini. Beliau disamping teman baik dari Pak Sulaeman dan salah satu penyuka burung dara, disisi lain Pak Sanusi adalah guru ngaji bagi anak-anak sebayaku. Seperti Pak Yasin di desaku, yang setiap ba’da maghrib selalu mengajar ngaji nderes anak-anak yang ada di desanya. Dulu sekali pernah aku mendengar cerita dari Pak Sulaeman sewaktu kami bertiga bertemu disore hari, di sawah lapang untuk melatih seberapa kencangnya burung dara kami terbang, Pak Sulaeman bercerita ada satu orang yang sangat dia kagumi karena kesederhanaan nya dalam berkehidupan. Tak lain dan tak bukan adalah Pak Sanusi.

“Apa kalian pernah mendengar nama Pak Sanusi dari desa sebelah.” kata beliau sembari meminjam dan memegang burung dara betina milikku

Kami semua menjawab “Iya, tahu Pak. Pak Sanusi yang juga penyuka burung dara seperti Bapak kan?”

“Iya, saya dan Sanusi sudah lama berkawan.”

Dan beliau mulai mendongeng. Membeberkan segala yang dia tahu tentangnya, dari pribadinya watak dan segalanya. Apalagi yang paling berkesan adalah pelajaran hidup yang diceritakan dengan gamblang oleh Pak Sulaeman.

Pak Sulaeman bercerita bahwa dia dan Pak Sanusi sudah berteman semenjak mereka masih duduk dibangku sekolah dasar kelas tiga. Waktu itu Pak Sanusi adalah murid pindahan dari SD nun jauh dikota sana, dia bermata coklat rambut yang lurus dan kulitnya sedikit sawo matang seperti kebanyakan kulit orang jawa. Pindah kesini karena orang tuanya sudah putus kontrak dengan perusahaan yang menaungi pekerjaannya di kota, atau bisa dibilang sudah kena PHK. Waktu itu katanya lagi, bukan hanya orang tua Pak Sanusi saja yang terkena PHK namun sepertiga dari perusahaan, karena pihak perusahaan yang secara gamblang menyatakan banyaknya kerugian yang mereka dapat sebab, ada saja pegawai nakal yang mengambil produk-produk perusahaan tanpa ijin. Dan itu bukan satu atau dua orang melainkan berkompi-kompi tapi orang tua Pak Sanusi bukan salah satunya, orang tuanya hanya menerima imbas dari kelicikan pegawai-pegawai itu saja. Dunia memang liar dan saling terkait, beberapa orang membuat kesalahan dan imbas dari kesalahannya bukan hanya mereka yang menampung tetapi juga orang-orang disekitar.

Lihat selengkapnya