Kringgg Kringgg Kringgg
Bunyi nyaring jam weker tak kunjung membangunkan pemiliknya, ia masih saja memeluk tonsis, boneka beruang hadiah pemberian kakaknya.
Ting Ting ting
Sudah beberapakali notifikasi ponselnya berdering, menandakan ada hal penting yang ingin disampaikan pengirimnya.
"Iya iya," sahut gadis yang kurang beberapa minggu ini menginjak usia 16 tahun, dengan malas ia mengambil ponsel yang ada di sampingnya. Ia melirik penelepon yang tertera di layar ponselnya, sekilas. Tak menunggu lama ia menggeser panel hijau pada layar ponselnya.
"ANEEEEEEEE!!" ucap penelepon di seberang sana yang membuat Ane seketika menjauhkan ponsel dari daun telinganya. Suaranya terdengar begitu cetar, menggelegar dan membahana.
"Ada apa?" Ane mulai menempelkan benda pipih itu di daun telinganya kembali, saat dirasa suara Seka mulai memelan, ia mulai membuka suara. Suaranya serak, khas orang baru bangun tidur.
"Lo tau ini jam berapa?" Seka mulai menunjukkan nada jengkel, setelah mendengar suara Ane ia dapat langsung tahu kalau temannya itu baru bangun tidur.
"Enam dua puluh," balas Ane enteng.
"Lo kemarin nggak habis minum kan?"
"Nggak mungkinlah gue minum disaat paginya ada pemotretan." Ucap Ane sambil beranjak dari tempat tidur.
Mendengar suara Seka yang begitu menggelegar membuat matanya membuka sempurna, rasa kantuk yang awalnya sangat terasa hilang seketika.
"Tungggu sebentar, hari ini ada pemotretan?" sahut Ane kembali saat ia mengoreksi ucapannya sendiri.
"Pagi ini juga, 10 menit lagi gue sampai jadi lo.." Ucap Seka sembari menepuk dadanya berkali-kali, mencoba menahan semua emosi yang memuncak. Menjadi manajer seorang Anestessi Maharanendra sangatlah tidak mudah baginya.
Ia sudah berkali-kali melayangkan surat pengunduran diri, namun Ane menolaknya mentah-mentah. Ane selalu saja menaikkan gajinya, yang membuat Seka mau tidak mau harus tetap berurusan dengan Ane kembali. Ia juga butuh pemasukan untuk menyambung kehidupannya.
"Gue bawa mobil sendiri, lo gausah jemput gue. Share aja lokasinya ke WhatsApp, gue tutup." Ane memotong ucapan Seka lalu ia mematikan sambungan teleponnya sepihak. Ia melempar ponselnya begitu saja. Dengan secepat kilat ia mengambil handuk, pakaian dalam dan jubah mandinya, bisa bisa ia kena marah Seka kalau sampai telat lagi.
Tanpa Ane sadari ponselnya berdering dari tadi, missed call sebanyak 20 kali dari Seka. Saat Ane baru keluar kamar mandi ponselnya berdering lagi.
Dengan tangan gemetar ia menggeser panel hijau pada ponselnya.
"Iya."
"Sekali lo bikin kesalahan.."
"Iya Seka iya, ini gue udah di perjalanan, gue baru nyetir bentar lagi nyampek." Bohong Ane mencari aman.
"Baguslah, kalo sampek lo telat lagi,," Seka memberi jeda sebelum melanjutkan ucapannya "gue mengundurkan diri jadi manajer lo" Sambung Seka yang sudah sangat Ane hafal lafal, kata, juga intonasinya, ia masih mengingat.
'Mampus gue,' dengan secepat Kilat Ane mengaca untuk memastikan penampilannya saat ini tidak terlalu buruk.
Ia tidak memakai make-up sama sekali. Namun tak dapat dipungkiri, wajah cantiknya masih saja terpancar. Dapat membuat orang yang melihatnya mengira kalau ia sudah memoles wajahnya dengan make-up, alis tebal, bulu mata lentik, hidung mancung menjulang, kulit putih bersih juga bibir merahnya.