Guys & Girls

Ayuk SN
Chapter #6

Pernyataan Sesungguhnya

Ane membulatkan matanya sempurna saat waitres itu menggeret kursi yang ada di depannya. Dengan PD nya cowok berambut hitam legam itu duduk di sana.

“Mbaknya udah punya pacar.” Itulah pertanyaan yang di lontarkan Barun yang sangat mengejutkan Ane, karena itu di luar nalar Ane.

Memang benar sudah banyak pria yang dengan terang-terangan menyatakan cinta padanya. Namun tidak dengan seorang waitres, bukannya Ane menganggap rendah. Ia malah heran bagaimana bisa cowok setampan itu mempunyai nyali kuat dan bisa menyukainya di saat penampilannya menyeramkan seperti ini? Ane bahkan merasa ia seperti seorang aktris yang mendapat peran menjadi hantu di film horor.

Ingin sekali Ane melempar pria itu dengan semua Bakmi yang ada di depannya. Namun Ane mencoba tetap tenang, tenang, dan tenang.

“Sudah, bertunangan malah” Jawaban Ane seolah menohok pria yang ada di depannya itu.

Pria itu seketika berdiri dari duduknya. Wajahnya yang semula ceria sudah berganti muram, seolah kecewa dengan yang Ane katakan, Ane menghela nafas lega saat melihat respon pria itu.

Ane menarik mangkuk bakmi di depannya, berniat untuk menyantapnya.

“Mbak, saya janji saya akan mencari pekerjaan yang lebih baik dari ini. Bapak saya dikampung punya tanah berjuta-juta hektar. Namun karena saya kabur dari rumah saya akhirnya bekerja begini. Tapi mbak, kalo saya pulang nanti pasti kedua orang tua saya menerima saya kembali. Karena saya anak tunggal.” Pria itu duduk kembali, terus mengoceh dan mengoceh. Membuat Ane jengah mendengarnya.

“Lalu? Apa hubungannya dengan saya?”

“Menikahlah dengan saya mbak, nanti akan saya belikan apapun yang mbaknya mau. Warisan orang tua saya banyak.”

Khukk khukk

Ane terbatuk, lemon tea yang sebelumnya ia minum seperti ingin muntah kembali.

Antimaistream.

Baru kali ini ada pria yang menembaknya seperti ini, mengikut sertakan warisan orang tuanya.

“Maaf, kan tadi saya sudah bilang, saya sudah punya tunangan. Bentar lagi menikah.” 

“Tapi mbak saya__”

“Kamu tahu Pak Seno?” Potong Ane cepat, ia mengambil ponsel yang ia letakkan di depannya.

“Seno?” tanya balik waitres itu pada Ane.

“Seno Abiseka.” Sahut Ane sambil mengotak-atik ponselnya, mencari kontak Seno.

Dan seketika wajah waitres itu mulai memucat saat Ane menyebutkan nama Seno Abiseka.

“Segera pergi dari hadapan saya, atau perlakuan mu yang mengganggu ketenangan saya akan segera sampai ke bos mu." Ane menempelkan benda pipih itu pada daun telinga kanannya.

Waitres yang tahu akan hal itu segera beranjak dari tempat itu.

'Siapa sebenarnya dia?'

'Apa hubungannya dengan Pak Seno?'

berbagai pertanyaan sudah memenuhi benak waitres itu, namun ia memilih untuk segera pergi ke dapur, karena pasti ada banyak pekerjaan yang menantinya di sana.

“Ane?” Sahut orang melalui sambungan teleponnya.

“Oh, hai om,”

“Tumben banget nelpon duluan, biasanya juga gue.”

“Dan berhenti manggil gue om, usia gue baru 25 tahun.” Sambung Seno tak terima jika Ane memanggilnya dengan sebutan Om.

“Karena usia lo udah 25 tahun sedangkan usia gue baru 15 tahun makanya gue manggil om.”

“Panggil mas aja,”

Najis banget,’

“Oh ya gue udah liat, keren banget lo hari ini.”

“Hari ini?” Tanya Ane saat belum mengerti alur pembicaraan Seno saat ini.

“Iya lo pergi makek jubah mandi, gilat cantik lo yang natural gak luntur walaupun wajah lo di foto itu kayak nggak makek make-up sama sekali.”

Emang gue nggak makek Make-up,’

Lihat selengkapnya