Guys & Girls

Ayuk SN
Chapter #13

Mencari Kejelasan

Saat turun dari mobil, semua pandangan tertuju pada mereka berdua.

Puan memberikan kunci mobil pada petugas parkir, ia mulai berjalan di atas red karpet. Paparazi ada di mana-mana, Paradista tak menyia-nyiakan momen langka itu.Ia menggandeng tangan Puan, membuat pria itu menolehkan meminta penjelasan dengan sikap Dista yang tiba-tiba.

"Sebentar saja, setidaknya sampai acara ini selesai," Paradista berdialog sangat pelan, hingga hanya Puan yang dapat mendengar ucapannya.

Setelan Jas pria warna hitam dipadu sepatu Derby Shoes warna hitam menambah sangar penampilannya saat ini.

Dress tanpa lengan warna hitam yang panjangnya sampai mata kaki dipadu dengan sepatu stiletto heels senada dengan warna kulitnya menambah epik penampilannya.

Paparazi tak henti-hentinya mengambil foto mereka berdua,.

"Mereka memang cocok,"

"Semoga mereka berjodoh,"

"Pasangan serasi,"

Beberapa gumanan orang mulai terdengar oleh Paradista, senyum di wajah model 17 tahun itu tak henti-hentinya pudar. Ia sangat bahagia, sangat.

Beberapa tahun lalu ia sangat merindukan Puan. Namun akibat masalah pribadi ia masih belum bisa menemui pria itu. Dan saat ini ia seperti bermimpi. Menggandeng mesra tangan Puan, berjalan seirama, dan senyum kebahagian terpancar jelas di wajah cantiknya.

***

"Ne, baca aja dulu jangan langsung ambil keputusan," Seka memberikan tab pada Ane, beberapa pesan email masuk menawarkan kerja sama.

"Mrs.Buy ?" Ane tidak merasa asing dengan nama butik itu.

"Oh ini, mereka buka cabang ke 36 dan mereka tunjuk lo sebagai BA utama dalam acara Bedah Butik minggu depan,"

"Nggak minat sih gue," Ane menggusar layar iPadnya kembali.

"Ne mereka bukan sembarang butik, mereka udah buka cabang ke 36, sekali lagi 36. Butik mereka juga tersebar di beberapa kota di USA nggak cuman di Indonesia, dan lo udah nolak kerjasama ini 4 kali. Kalo lo nolak lagi ini berarti ke 5 kali, dan asalkan lo tahu, pemilik butik ini anak sulung dari grup CDA."

CDA, pabrik kain terbesar di Indonesia.

"Gue bilang nggak ya nggak,"

Ane memang keras kepala, sekali ia bilang tidak ya tidak. Seka sangat hafal sikap temannya itu. Ia mencoba memaklumi sikap Ane yang sangat menjengkelkan itu.

"Nih," Ane mengembalikan iPad itu pada Seka.

Mata Seka membelalak tak percaya dengan sikap congkak seorang Anestessi. Yang tak pernah berubah.

'Menerima 6 dari 30, kebiasaannya nggak pernah berubah,'

***

"Congratulatio Kak,"

"Paradista, makasih udah dateng." Senyum di wajah cantik Sita tak pudar "Oh ya makasih juga buat kiriman karangan Bunganya," sahut Sita sembari memeluk Paradista. Gadis yang ia sudah anggap seperti adik kandung baginya.

"Kamu tadi nggak sendirian kan kesini?

"Nggak kok kak, bareng Puan tadi,"

"Lah bocahnya kemana?"

"Ngobrol sama Kak Aksa."

Senyum di wajah cantik Sita semakin mengembang saat kedua kupingnya mendengar kalau suaminya akhirnya mau meluangkan waktu untuk menghadiri acara opening butiknya.

"Yaudah yuk ikut kakak, kakak mau tunjukkin kamu sesuatu," Sita ingin sekali menghampiri suaminya, namun ada yang lebih penting saat ini. Sita menggandeng tangan Paradista meninggalkan keramaian begitu saja.

***

"Gimana? Udah tertarik sekarang?"

Aksa membuka topik pembicaraan, membuat lawan bicaranya mengedikkan bahu begitu saja.

Lihat selengkapnya