Guys & Girls

Ayuk SN
Chapter #19

Mimpi Itu

Ane menghentikan langkahnya saat mendengar teriakan Puan, tanpa berpikir panjang ia memutar tubuhnya dan kembali ke apartemen itu.

Ia masuk begitu saja saat pintu apartemen Puan belum tertutup.

Ane menutup mulutnya dengan kedua tangannya, sejujurnya ia tidak terlalu tahan melihat darah. 

Ane mendekati Puan yang kedua tangannya memukul-mukul dadanya, ia kesulitan bernafas.

“Pu__Puan lo kenapa?” Tanya Ane gugup.

Kedua mata gadis itu tak luput dari Puan.

Puan tidak menjawab ia terus-menerus memukul-mukul dadanya, wajah pria itu sangat merah.

"A_mbil_lin inhaler gue di la_ci kamar tidur.” lirihnya. Suaranya sangat lemah, berbeda saat ia membentak Ane beberapa menit lalu.

Puan memejamkan mata perlahan.

“Lo jangan tutup mata, lo nggak boleh tidur! Lo jangan mati dulu!,”

Ane memukul-mukul bahu Puan membuat pria itu kembali membuka matanya. Ane segera berlari menuju kamar Puan, ia sedikit tahu ruang-ruang yang ada di apartemen ini, karena tadi pagi ia baru selesai berkeliling apartemen ini.

Ane membuka pintu putih dan masuk ke dalam ruangan itu begitu saja.

“Laci,, laci,, laci yang mana, disini ada banyak laci,,” 

Ane menarik beberapa laci dan menumpahkan isinya begitu saja, membuat kamar Puan menjadi berantakan.

Tiba-tiba pandangan Ane terarah pada alat pembantu pernafasan yang sebelumnya pernah ia lihat di film-film yang sebelumnya pernah ia tonton.

"Pasti ini,”

Ane kembali menuju lantai bawah dimana Puan berada.

Ane mengangkat kepala Puan, menyandarkan kepala itu pada bahunya. Ane mengocok inhaler beberapa kali, membuka tutup inhaler itu lalu memasukkan pada mulut Puan. Puan hanya dapat menarik napas secara perlahan saat Ane menekan inhaler setelah itu Puan menahan nafas 10 detik.

Perlahan ia mulai merasakan udara segar kembali, rasa sesak di dadanya mulai menghilang.

Ane semakin khawatir saat melihat keringat dingin di pelipis Puan juga luka pada kaki Puan.

'Gue harus bersihin luka ini sebelum infeksi,

“Lo sekarang udah bisa berdiri?” tanya Ane saat ia melihat kondisi Puan tidak setragis sebelumnya. Puan hanya menganggukkan kepalanya, tangan Ane membantu pria itu berdiri untuk duduk di sofa yang hanya berjarak beberapa langkah dari mereka.

“Kotak obat lo dimana?”

Puan hanya menunjukkan arah dapur. Ane segera berlari ke arah dapur, matanya seketika menemukan kotak berbentuk persegi panjang yang bertuliskan P3K.

Ane mengambil kapas, antiseptik pembersih luka, obat merah, kasa beserta plaster juga gunting.

'Gue pasti bisa, ini darurat bisa nggak bisa gue harus bisa.' Ucapnya memantapkan dirinya sendiri.

“Lo mau apa?” tanya Puan saat melihat Ane berjalan tergopoh-gopoh dengan kedua tangannya yang berisi berbagai peralatan P3K.

Bukannya menjawab, Ane malah menarik kaki kiri Puan begitu saja, membuat Puan meringis kesakitan.

“Laki-laki lemah,” Alih-alih ingin bermonolog, ia malah berdialog.

“Apa lo bilang?”

“Ini mungkin sakit tapi tenang aja gue udah khatam masalah ginian,” 

Ucap Ane berusaha membuat Puan percaya padanya, padahal Ane belum pernah sekali saja membersihkan luka.

Bahkan saat tangannya terkena pisau beberapa bulan lalu sehabis memasak ia memanggil dokter keluarga untuk membersihkan lukanya.

Ini gara gara Bu Dewi susah dihubungi,’ guman Ane dalam hati saat Bu Dewi--dokter pribadi keluarganya tak kunjung mengangkat telpon dari Ane. Sedangkan untuk membawa ke rumah sakit tidak memungkinkan karena Puan tidak bisa berjalan jauh lagi, dan Ane tidak mungkin kalau harus menggendong Puan yang berat badannya lebih banyak darinya.

“Aakhh_,” Puan menjerit seketika saat ia tak tahan lagi dengan rasa sakit pada kakinya itu.

“Ini juga udah selesai bawel,”

Ane berdiri dari duduknya menuju ke arah dapur untuk membuang kapas-kapas kotor juga pecahan beling, lalu ia mencuci tangan.

Ia mengambil penyedot debu yang ada di dapur, berniat membersihkan pecahan kaca yang ada di ruang tengah.

Baiklah, itung-itung balas budi,’

Ane selalu ingat akan kebaikan Puan menolongnya waktu mabuk berat di Bar. Ane mulai berjalan ke ruang tengah sambil kedua tangannya memegang penyedot debu yang lumayan berat itu, Ane mulai menghidupkan mesin itu dan membersihkan pecahan kaca yang ada disana.

Puan seakan tidak percaya dengan pemandangan yang ada di depannya,

Lihat selengkapnya