Aksa keluar dari mobilnya, membuka bagasi mobilnya guna mengambil suatu barang.
"Pakai ini aja."
Ane menatap Flip Flop yang Aksa berikan padanya, sandal kulit berwarna coklat tua itu terlalu besar di kakinya. Ane mengambil sandal itu, memakaikan di kaki indahnya.
Sungkan awalnya, tapi mau bagaimana lagi? Lebih baik menerima dari pada berjalan ke dalam kedai soto itu dalam keadaan nyeker.
Aksa keluar dari mobil, begitu juga Ane. Tawa Aksa meledak seketika saat melihat tampilan Ane saat ini, jas kebesaran yang menutupi dress brokatnya, juga sandal Flip Flop yang terlalu longgar di kakinya.
Ane menundukkan kepalanya, ia malu, sangat malu. Ia sadar penampilannya saat ini seperti weweden sawah. Baju juga sepatu yang sama-sama kebesaran. Dan penampilan Ane seperti ini berhasil membuat seorang Aksa yang kakunya tingkat dewa dapat tertawa seperti itu.
Aksa tertawa, terbahak-bahak, hingga sudut matanya mengeluarkan air mata. Fenomenal nya seorang Anestessi Maharanedra.
Ane mengerucutkan bibirnya, tawa Aksa membuatnya enggak untuk melangkah lanjut. Kakinya diam di tempat, kepalanya menunduk, menatap kakinya yang terlihat lucu dengan flip flip kebesaran itu.
"Nggak papa, udah ayo." Aksa menarik tangan kanan Ane, seketika ia dapat merasakan suhu dingin dari telapak tangan Ane.
Seolah sikap Aksa melebihi batas apalagi ia sudah beristri seketika Ane sadar, ia tak mau ada permasalahan lagi hari ini, Ane mencoba melepaskan tangannya dari tangan Aksa, namun Aksa semakin mempererat genggamannya. Seolah tak mau tangan dingin yang ada di genggamannya musnah seketika.
***
Aksa kembali sibuk dengan ponselnya, sedangkan Ane sibuk menggosok-gosokkan kedua sisi tangannya, guna memberi kehangatan pada kedua tangannya yang semakin dingin itu.
Aksa menatap datar ke arah ponsel pintarnya itu, beberapa panggilan tak terjawab dan juga pesan membuat Aksa seolah merasa bersalah pada istrinya. Ia tahu kalau Sita sangat kahwatir dengan keadaannya, apalagi Aksa baru beberapa hari keluar dari rumah sakit.
_____________
Sita - 23.30
Sa, kalau selesai meeting langsung tidur ya, Kalau kamu ngantuk berat nggak usah maksaain pulang ke rumah, tidur di kantor juga nggak papa. Senyamanmu aja.
Sita - 24.00
Besok mau masakin apa? Kalau kamu nggak pulang aku bawa in bekal ya.
Jangan lupa istirahat.
Sita - 24.10
Aku ganggu meeting kamu ya? Maaf ❤️
____________
Aksa menyunggingkan senyumnya, Sita selalu bersikap baik kepadanya walaupun wanita itu tahu Aksa tidak pernah mencintainya.
Aksa terlalu mencintai Irianan, kekasihnya yang meninggal beberapa tahun lalu. Sampai detik ini juga Aksa masih mencintai Irianan. Hingga Sita tak terpandang oleh nya.
Aksa mematikan ponselnya dan kembali menyimpannya di saku celananya saat beberapa soto pesanan mereka akhirnya datang.
Aksa dan Ane makan dalam diam, Ane memakan secara perlahan berbeda saat ia makan dengan Seka. Ia selalu bar-baran dan memakan semua yang ada di menu.
"Gimana? Enak?"
Ane menyunggingkan senyumnya, memutar bola matanya ke arah asal suara. Mata mereka bertemu.
Khukk khukkk
Ane terbatuk seketika, seperti ada yang menyedat di tenggorokannya. Entah sudah berapa kali gadis itu tersedak di hari ini.
"Pelan-pelan," Aksa membukakan botol air mineral dan memberikannya pada Ane,
"Makasih," Tak menunggu lama, Ane meneguk setengah air meneral itu.
Entah mengapa saat ia menatap kedua mata itu seperti ada sengatan listrik disekujur tubuhnya. Ane memegang dadanya, jantungnya berdetak kencang dari biasanya.
Ini Aneh, sangat Aneh.
'Aku kenapa?' Ane memejamkan matanya, menghilangkan semua fikiran negatif dalam otaknya.
Sekelebat, bayangan Irianan memenuhi pikirannya, saat matanya bertemu dengan Aksa, ia seolah melihat Iriana dalam sosok itu.
'Kak, kabar kakak gimana sekarang? Aku rindu.'
***
Puan sudah memejamkan matanya, ia tertidur dengan posisi duduk di pinggir pintu apartemen Ane. Sangat tidak nyaman, tapi karena lelah menunggu akhirnya ia tertidur begitu saja.
Ponselnya berdering, membuat Puan membuka matanya kembali.
"Hem?"
"Udah tidur?"
"Gimana?"