Guys & Girls

Ayuk SN
Chapter #29

Klub

Setelah berputar-putar, akhirnya Mahanta menemukan tempat parkir mobil yang longgar juga. Ini tidak malam Minggu, namun suasana klub sangat lah ramai. Hingga tempat parkir valet penuh, dan akhirnya Mahanta memarkirkan mobilnya di tempat biasa, yang sangat jauh dari klub.

"Kamu di sini dulu ya." Ucapnya sebelum keluar dari mobil.

Mahanta setengah berlari ke arah bagasi mobilnya untuk mengambil payung. Hujan lebat ini tak memungkinkan ia dan Ane menembusnya, bisa jadi mereka berdua basah kuyup saat sudah sampai di dalam klub.

Ane membuka pintu setelah Mahanta mengetuk jendelanya.

"Sini." Tangan Mahanta terulur ke depan meraih tangan Ane.

"Gue cuma ada payung satu. Kita satu berdua nggak masalah kan?" Tanyanya sungkan saat melihat ekspresi Ane seolah bingung.

Mereka jalan perlahan--paving parkiran ini lumayan licin saat hujan,dan tentu saja menyita lebih banyak waktu dari biasanya.

Di bawah payung dengan guyuran hujan dan Mahanta seperti ini, membuat Ane teringat dengan kejadian beberapa hari lalu. Tepatnya saat Ane diajak Puan makan malam bersama keluarganya.

Ah ya, saat mereka jalan bersama namun tak saling pandang dan sapa. Seolah saat itu Puan sangat terpaksa berbagi payung dengannya.

Suara dentuman musik begitu kencang, suasana klub malam ini begitu ramai. Seka melambaikan tangannya ke arah Ane dan Mahanta saat ia sadari temannya itu sudah datang.

"Gue kira lo nggak dateng." Seka memeluk Ane, begitu erat.

"Ya maunya gitu tapi gimana lagi?"

"Oooo bidadari, akhirnya,,." Dendra berdiri dari duduknya, berjalan ke arah Ane dan memeluk gadis itu tanpa permisi, ia tak menduga akan ada Ane di acara malam ini.

Ane hanya membelalakkan kedua matanya kaget, ia tak begitu mengenal Dendra. Mereka hanya bertemu sekali dan itu waktu sesi pemotretan di Kota Tua.

Mahanta menarik kaos Dendra bagian belakangnya "Jaga sikap, dia bukan Nadine atau Fey" Dengan sangat berat hati akhirnya Dendra melepaskan pelukannya, seketika ia teringan dengan dua kekasihnya.

"Oh ini yang sering Seka ceritain? Lebih cantik aslinya ya. Gue Raya anak IPA 1, temen Seka." Tangan Raya terulur ke arah Ane, Ane tersenyum dan menerima uluran tangan itu.

"Makasih, gue Ane."

"Gue tahu banyak tentang lo, masalah jubah mandi itu gue juga tahu. Tapi, percaya deh sama gue lo tetep cantik walaupun penampilan lo kayak gitu. Gue Asha." Asha mengulurkan tangannya, dengan sigap Ane menerima uluran tangan itu.

"Ane."

Suasana semakin malam, Dendra, Janu dan Fahraz mulai berjoget ria seirama dengan alunan musik itu. Sedangkan Ane, Seka, Raya dan Asha sibuk dengan obrolan mereka masing-masing. Menyisakan Mahanta yang hanya menjadi pengamat tingkah ke 3 temannya yang masih berjoget di lantai dansa.

"Jadi habis ini lo masih mau home schooling lagi?" Ane mengangguk mengiyakan pertanyaan Raya.

"Sekolah aja di SMA kita, gue jamin lo betah! Beh,, cowok-cowok ditempat gue cakep-cakep, liat aja tuh 3 beruang." Raya menunjuk ke arah Dendra, Fahraz, juga Janu yang mulai berdansa dengan beberapa wanita. Semakin malam semakin menjadi-jadi tingkah mereka bertiga.

"Walaupun kelihatannya tolol begok gitu, tapi mereka bintang di sekolah gue, dan,," Raya memutar kepalanya ke arah Mahanta.

"Ah ya si batu, banyak wanita yang naksir dia tapi, ya lo bisa liat aja deh sikapnya. Tadi gue lihat dia dateng sama lo aja kaget setengah mati gue."

Ane hanya terkekeh, benar apa kata Raya, Mahanta memang batu, bisa-bisanya dia hanya diam menatap teman-temannya yang sedang berdansa, ia memilih meminum minuman soda padahal ini di klub. Sangat kaku sekali.

"Di tempat kita juga banyak eks-school yang seru abis, udah Ne sekolah aja di tempat kita, yakin deh! Nggak bakal rugi"

"Gimana udah tertarik? Jangan home schooling muluk, emangnya lo nggak bosen temennya gue muluk?" Seka memberi saran.

"Kalo lo udah mutusin, hubungin gue aja nanti gue kasih formulir pendaftaran." Asha yang sedari tadi hanya diam mulai berbicara.

Kedua orang tuanya adalah orang nomor 1 di sekolahan SMA Garuda karena mereka-lah donatur tertinggi di SMA Garuda.

"Pikirin baik-baik." Saran Seka kembali.

Seka, Asya dan Raya mulai berdiri dari duduknya, mereka berniat menyusul 3 beruang yang semakin asyik berdansa dengan beberapa wanita, musik dengan volume yang tinggi membuat mereka mulai beraksi di lantai dansa.

Hanya tersisa Ane dan Mahanta yang masih duduk manis di kursi mereka. Ane menuangkan vodka pada gelas minumnya, meminumnya dengan sekali teguk, pandangannya terus terarah hampa pada teman-temannya yang mulai asyik berdansa di lantai dansa. Sedangkan Mahanta, ia terus mengamati Ane, tanpa berkedip. Seolah matanya tak rela untuk melewatkan kecantikan ciptaan tuhan satu itu.

Ane mulai membuka jaket denim yang sedari tadi masih ia gunakan, ia mengurai rambutnya yang sebelumnya ia cepol. Wanita itu berdiri dari duduknya.

"Masih duduk aja? Gimana kalo kita dansa?" Ane mulai bosan dengan suasana canggung yang menyelimuti mereka berdua. Sedari tadi baik Mahanta maupun Ane tak ada yang membuka suara.

Mahanta menyunggingkan senyumannya, ia meminum minuman kalengnya dengan sekali teguk, ia berdiri dari duduknya dan segera mengikuti Ane menuju lantai dansa.

Saat ini lagu yang putar sangat mellow hingga membuat gerakan dansa teman-teman Ane juga lebih melamban.

Asha berdansa dengan Dendra, Raya dengan Janu, dan Seka berdansa dengan Fahraz. Dan kalian pasti ingin tahu kenapa Seka berdansa dengan Fahraz, bukan dengan Rama, pacarnya. Jawabannya simpel, Rama tiba-tiba saja ada halangan, acara keluarga mendadak dan akhirnya membatalkan acaranya dengan Seka juga teman-temannya.

Ane hanya mengamati 3 pasangan dansa itu, ia tak mengira saat ia ingin berdansa lagunya sudah berganti lagu mellow.

Ane tersenyum getir, ia berniat kembali ke kursinya. Namun langkahnya terhenti seketika saat lengannya di tarik perlahan oleh seseorang.

"Gimana kalo kita berdua dansa?"

Ane memutar kepalanya ke arah Mahanta, ia menatap samar wajah pria itu.

Mahanta mengulurkan tangannya, Ane menerimanya begitu saja. Toh mereka cuman berteman, apa salahnya?

Lihat selengkapnya