Puan membuka matanya, ia menatap ke arah langit-langit kamarnya, masih gelap, hanya cahaya lampu tidur yang terlihat. Sinar matahari tidak bisa masuk ke dalam kamarnya karena bahan korden kamarnya yang tidak tembus cahaya matahari.
Puan bangkit dari tidurnya, ia berjalan ke arah jendela besar yang ada di depannya, membuka tirai itu hingga nampaklah cahaya matahari. Puan membuka pintu kaca yang menjadi pembatas kamarnya dengan balkon apartemennya. Indah.
Suasana ibu kota yang masih sejuk, udara yang begitu segar karena polusi udara yang belum mencemarinya. Namun tiba-tiba ingatannya tertaut pada Ane, ia melihat dengat jelas bagaimana Ane memperlakukannya, merawatnya saat ia terkapar kemarin.
"Gue harus bertemu sama dia." Puan segera melangkahkan kakinya, ia bersiap untuk melakukan ritual paginya, mandi.
Seakan bersemangat, Puan berpenampilan sangat rapi. Kalau biasanya ia lebih menyukai kaos oblong dan celana jeans juga sandal Flip Flop sekarang ia mengenakan kemeja merah maroon dengan celana bahan warna hitam, juga sepatu oxford warna coklat tua yang menambah kesan formal dalam dirinya. Ia juga mengenakan arloji warna hitam.
'Gue nggak berlebihan kan ya? Apa gue pakek kaos aja? Udahlah! Nggak ada waktu lagi.'
Puan berkaca, menilai penampilannya dari atas sampai bawah. Sempurna!
Beberapa luka lebam di wajahnya tak membuat wajah tampan pria itu sedikitpun berkurang. Ia menenggerkan kacamata hitam pada hidung mancungnya, menyambar kunci mobil yang ada di nakas yang tak jauh darinya.
'Berangkat'
Senyumnya tak luntur, ia terus menerus tersenyum hingga membuat beberapa orang yang melihatnya seolah terpanah dengan senyum maut seorang Puan.
Puan memencet smart key nya. Membuka pintu mobilnya dan mulai menghidupkan tak menunggu lama ia segera melajukan Range Rovernya ke tempat apartemen Ane. Ia berniat mengajak Ane jalan-jalan hari ini, sebagai tanda terima kasih.
***
"Buka gerbang ini sekarang juga!"
Ane mulai membentak saat satpam rumah Puspa menghalangi mobilnya untuk masuk kedalam, mereka bahkan berdiri berjajar di depan mobil Ane tanpa berniat membuka gerbang itu.
Sial, tenyata Pak Maharanendra sangat cerdas, ia menyiapkan banyak sekali body gate untuk melindungi istri mudanya itu.
Dinn Dinn Din
Ane memencet klakson mobilnya berkali-kali namun itu tak membuat dua satpam berbadan gendut itu enyah dari depan mobilnya.
"Maaf sebelumnya Non tapi Tuan bilang Non Ane tidak boleh menemui Nyonya Puspa untuk saat ini."
'Ah sial satpam itu kenapa harus melindungi Jalang murahan!'
"Gue hitung sampai 3, kalo sampai kalian nggak pergi juga dari hadapan gue. Jangan salahkan gue kalo gue rusak semua yang ada di depan gue. Termasuk kalian"
Kedua satpam itu memutar kepalanya berhadapan seolah memberi kode untuk terus berada disana.
"Satu,," Ane mulai berhitung.
"Dua,,,"
"Baiklah kalau itu yang kalian mau!"
"Ane berhenti!" Ada tangan yang dengan beraninya memutar kunci mobil, yang seketika mematikan mesin mobil Ane dan mengambil kunci mobil itu dari sana.
'Sial'
Ane memutar kepalanya 90 derajat, tatapannya seakan siap menerkam pelakunya.
"Kamu udah gede, jangan kayak gini. Kakak mohon."
Abimanyu, pria yang selalu menjadi pelindung Ane saat Ane masih kecil hingga sekarang.
"Kakak,"
Mata Ane memanas, tangannya mulai melemah, air matanya mulai terjatuh. Sisi lemahnya keluar begitu saja saat melihat Abimanyu, kakaknya yang sangat ia rindukan itu.
"Ada yang mau kakak bicarakan sama kamu, puter mobil kamu ikutin mobil kakak."
"Tapi kak___"
"Ane, percaya sama kakak, masalah nggak akan selesai dengan sikap kamu kayak gini."
"Sekarang juga puter mobil kamu dan ikuti mobil kakak." Sahut Abimanyu sembari mengembalikan kunci mobil Ane yang sebelumnya ia ambil itu.
Ane mengangguk begitu saja, dengan berat hati ia membatalkan niatnya untuk memberi pelajaran Puspa. Saat Abimanyu sudah mulai masuk ke dalam mobil dengan berani Ane melempari dua satpam itu dengan beberapa minuman kaleng yang masih ada isinya dari jendela mobilnya.
Na'as tepat sasaran, kedua satpam itu meringis merasakan kesakitan saat pelipisnya terkena kaleng minuman itu, bahkan pelipisnya ada yang sampai berdarah.
"Bangsat!" Ane menutup kaca mobilnya, segera memutar mobilnya dan mengekor mobil kakaknya itu.
Dua satpam itu menatap sedan audi milik Ane dengan tatapan geram "Bahaya juga tu cewek, cantik-cantik ganas."
"Ada benernya juga Tuan melarang Non Ane menemui Nyonya Puspa."