Guys & Girls

Ayuk SN
Chapter #41

Berita Baru

Mata itu menatap Ane, hingga membuat Ane mengernyitkan dahinya kikuk.

Aksa.

Dia Aksa.

"Eh, maaf kak Aksa, ganggu ya?" sahut Ane sopan sembari mencoba mengukir senyum di bibir kakunya.

Rasa ingin marah Aksa sirna begitu saja saat ia menyadari gadis yang membuat fokusnya terganggu ternyata Ane.

Gadis yang beberapa hari ini memporak-porandakan fikirannya juga hatinya karena mempunyai wajah mirip dengan mantan kekasihnya.

"Kenapa? Ada yang bisa di bantu?" sahut Aksa saat melihat Ane yang masih berdiri kikuk.

"Boleh minta foto?" Aksa mengernyitkan dahinya, mungkin ia salah dengar. Anestessi Maharanendra meminta foto?

"Foto berdua." Cengir Ane, gadis itu memasang tampang terbodohnya. Karena saat ini ia memang terlihat bodoh.

Aksa memutar kepalanya, seketika pandangannya tertuju pada tiga orang gadis yang duduk di meja tak jauh darinya. Gadis itu juga menatap ke arah dirinya juga Ane.

Aksa menyunggingkan senyumnya, ia yakin Ane sedang kalah dalam suatu games.

"Kamu kalah main games?" Ane menganggukkan kepalanya.

"Mau foto bersama?" Ane menganggukkan kepalanya lagi, karena memang itu tantangannya sebelum ia disuruh untuk meminta foto orang di ujung kanan sana. Pria itu berusia sekitar 30 tahun.

"Ada syaratnya." Sahut Aksa yang membuat Ane mengernyitkan dahinya.

"Syarat?" Aksa menganggukkan kepalanya.

"Ha?" sahut Ane bingung saat Aksa malah mengulurkan tangan dengan ponsel warna hitam di dalam tangan itu.

"Ketik nomor kamu, kapan-kapan dateng ke restoran yang aku share. Bisa?"

Ane menimang-nimang, ia merasa semakin tidak nyaman dengan Aksa saat ini. Entah mengapa saat melihat pria itu seolah hatinya selalu berkata untuk tidak mendekati.

Tapi di lain sisi, saat matanya bertemu dengan mata Aksa, seolah ia melihat Irianan, kakaknya ada di dalam sana.

Khemmm

Suara dehaman membuat Ane mengakhiri lamunannya.

"Cara lain nggak ada ya kak?" tawar Ane sembari memamerkan deretan gigi putih dengan gingsul di ujungnya.

Aksa menggelengkan kepalanya kuat. "Jadi?"

Walaupun sungkan, akhirnya Ane mengambil ponsel itu, mengetik nomor ponselnya dan mengembalikan pada Aksa.

Menit berikutnya Ane melayangkan ponsel di depan wajahnya juga Aksa, mengambil foto mereka berdua.

Saat Ane berbalik badan, kupingnya mendengar beberapa ucapan yang seharusnya tak dia dengar.

"Deket sama si bos ya dia?"

"Masak iya. Bukannya bos udah ber istri?"

"Daun muda makin bahaya."

"Kayak nggak tahu anak muda zaman sekarang."

Ane mengeratkan genggamannya pada layar ponselnya, ia menundukkan kepalanya dalam-dalam. Berusaha menulikan pendengarannya agar tak mendengar ocehan tak berdasar itu.

Ya, itu adalah beberapa Karyawan di kantor Aksa. Karena kebetulan cafe ini terletak di dekat kantor Aksa. Jadi beberapa karyawan bahkan Aksa menghabiskan waktu istirahat di sini. Selain makanan yang komplit, juga suasana cafe yang sangat menyenangkan.

Ane duduk, tangannya terulur memberikan ponsel itu.

"Bagus." Sahut Maudy puas.

Namun Dista mengernyitkan dahinya, ia seperti tidak asing dengan wajah pria itu, tapi siapa?

Ia seperti pernah melihat wajah pria itu, tapi dimana?

***

Setelah selesai dengan games rempong nya itu, mereka mulai sibuk dengan makanan yang akhirnya datang juga setelah menantikan cukup lama.

"Jadi kamu beneran menetap di Indonesia?" Paradista mengangguk sambil memakan meminum jus alpukat kegemarannya.

"Sekolahnya dimana"

"SMA Garuda."

Seka membulatkan matanya sempurna mendengar Dista akan sekolah di SMA Garuda, berarti gadis itu akan satu sekolahan dengan Puan.

Seka memutar kepalanya ke arah Ane yang masih sibuk meminum jus mangganya sembari memainkan jemarinya.

"Oh ya kalau Ane juga sekolah di Garuda?" Paradista mulai bertanya pada Ane yang malah menyibukkan diri bermain dengan kukunya, seolah ia malas mengikuti semua perbincangan ini.

Dista mau bertanya bukan tanpa sebab, karena gadis itu ingin memastikan kalau Ane tak akan satu sekolahan dengannya. Karena, jika Ane satu sekolahan dengannya, otomatis gadis itu akan satu sekolahan dengan Puan.

Ane masih saja dibuai dengan kesibukannya sendiri, bukannya tak mendengar, ia memang malas menjawab pertanyaan Dista.

"Dia katanya sih mau home__"

Lihat selengkapnya