"Lo minta saran dari gue?" Puan mengangguk, fikirannya sangat buntet untuk saat ini. Ia perlu otak cemerlang dari seorang Asoka, sang penakluk hati wanita.
"Gini lo harus rubah sikap lo ke Ane."
"Ini Cuma sementara, siapa juga yang sudi nikah beneran sama dia. Pacaran aja gue ogah." Puan memposisikan diri duduk persis di samping Asoka.
"justru itu, karena ini setingan jadi lo harus bikin dia jatuh hati sama lo Da, jangan sampai dia mengakhiri permainan lo tiba-tiba."
"Maksudnya?"
"Gini, lo kebayang nggak sih saat keluarga besar lo sangat menyetujui pernikahan ini, tiba-tiba hancur gitu aja akibat Ane yang kabur dari lo, dan saat Bokap nyokap lo udah baikan lagi tiba-tiba denger kalau semua ini Cuma setingan, gue nggak jamin bokap lo masih akui lo anak Da. Terus gimana nyokap lo? Gue nggak setuju aja sih kalo Tante Mada jadi janda." Puan memukul bahu Asoka begitu saja hingga membuat pria itu meringis kesakitan.
Tapi ada benarnya juga Asoka si otak lengser itu. Pertunangan ini bukan main-main, jika Ane berhenti di tengah jalan maka imbasnya akan banyak di Puan.
"Bangsat sakit woy! Lo minta saran udah nggak bayar gue, malah aniaya Gue." sulut Asoka sembari mengusap bahu kanannya.
"Lo tinggal gratis di rumah gue." Puan mengungkit lagi tentang Asoka yang masih saja lupa sandi apartemennya.
Dan yang lebih parahnya, dia tidak mau pulang ke rumah orang tuanya dengan alasan, jika dia pulang ke sana maka setiap malam tidak akan diizinkan orang tuanya--terutama mamahnya, untuk nongkrong seperti biasanya.
"Iya besok gue juga balik kalo gue udah inget sandi gue."
"Jadi ini gue terusin lagi nggak?" Puan menganggukkan kepalanya begitu saja.
Ia membuka lebar-lebar kedua telinganya, walaupun ia tak yakin kalau temannya itu bisa memberi saran.
"Pertama-tama lo harus baik-baikin dia, rubah cara bicara lo, sesekali ajak dia makan malem yang romantis gitu, atau nonton bioskop kek. Pokoknya baik-baikin dia." Puan mengangguk faham.
"Terus saat lo udah sukses sama poin pertama lo harus manfaatin wajah tampan lo buat ngerayu dia." Ucapnya sambil membelai halus pipi Puan.
Puan bergidik ngeri seketika saat melihat tingkah Asoka yang menurutnya sangat menyeramkan.
"Lo kenapa sih, kayak najis banget sama gue. Gina gue gituin aja biasa." sinis Asoka bangga tanpa malu.
"Sarap lo! Gue bukan Gina!"
"Gue cowok! Bukan cewek." Sulut Puan kembali.
"Jangan bilang kalo lo jadi cewek lo naksir lagi sama gue."
"Gue nggak sudi jadian sama lo." Puan bergidik ngeri mendengar ucapan yang barusan keluar dari mulut Asoka.
"Lo nggak sudi, gue najis!" maki Puan balik.
"Aelah, badan gede emosian kayak anak kecil."
"As, gue minta saran lo ini serius." Sahut Puan mencoba untuk tetap sabar.
Asoka memang seorang pria, namun mulutnya itu seperti mulut wanita yang terus menerus mengoceh tanpa henti.
Asoka mengangguk paham, lalu ia kembali ke awal.
"Tadi kita sampai mana?" Asoka memejamkan matanya sejenak, berusaha memikirkan sampai mana penjelasannya."Inget gue."
"Lo tatap matanya kayak ini." Asoka menarik baju Puan bagian depannya. Puan mengernyitkan dahinya.
"Setelah lo sukses dengan poin kedua, lo miringkan kepala lo kayak gini, terus___"
Brak,,,
Puan mendorong tubuh Asoka begitu saja, hingga punggung pria itu menabrak meja yang ada di sampingnya.
"Cukup, sinting lo, lo kira gue cowok apaan?" Puan mengibas-ngibaskan tangannya pada wajahnya, seolah Ac ruangannya mati seketika hingga hawa panas menjulur ke tubuhnya.
Entah kenapa tiba-tiba ia teringat mimpi beberapa hari lalu. Mimpinya bersama Ane, hingga datanglah Asoka yang mengganggu mereka.
"Bangsat sakit banget woy!" Asoka memegang punggungnya, ia meringis saat dirasa engsel tulang punggungnya ada yang melesat.
"Maksut gue, lo miringin kepala lo, lo bisikin dia kata cinta. Misal gue cinta lo Ne, I love you, mau nggak jadi istri abang? gitu lah lo kira gue tadi nyuruh lo ngapain?"
"Omegat!! jangan bilang lo malah mikir lo ituan sama Ane."
"Astaga Puan!, nggak kira gue kalo lo lebih dewasa dari pada gue. Salut gue. Lo emang sudah menjadi sosok dewasa sekarang, padahal lo udah lama nggak naksir sama cewek. Wah Anestessi Maharanendra berhasil merubah sosok Puan yang___"
"Gue cabut dulu."
"Woy! Bangsat lo. Ngomong belum kelar udah lo tinggal aja."
Puan segera melangkahkan kakinya segera ke kamarnya, ia mengambil kunci mobil dan topi. Ia melesat ke arah base-man apartemennya, segera menghidupkan mesin mobilnya dan mulai melajukan mobil itu ke apartemen Ane.
***
Ane membuka paper-bag dari kakaknya itu, senyumnya getir tak kala membaca note yang di ada di sana.
Ane menatap sendu ke arah dress hijau tuska panjang tanpa lengan, sangat indah.