Guys & Girls

Ayuk SN
Chapter #44

Perfect To Night

Cek cek cek

Semua pandangan teralihkan pada orang yang ada di panggung utama, penyanyi solo yang tadinya berada di sana sudah turun di gantikan dengan pria bersetelan jas biru dongker.

"Selamat malam," sapanya yang membuat penonton seketika meninggalkan semua kesibukan sebelumnya dan mulai mengarahkan pandangan mereka di panggung utama. Dimana disana sudah ada Mahanta dengan ketampanan dan kecakepannya sudah berdiri dengan mikrofon di tangannya.

"Malammmmmm" sahut antusias penonton, apalagi dari kalangan perempuan. Pesona seorang Mahanta terlalu menggemparkan malam hari ini.

"Pertama-tama saya ucapkan terimakasih banyak kepada semua tamu undangan yang udah mau menghadiri acara ini. Baik anak kelas IPA 1 ataupun anak kelas lainnya. Acara ini di gelar dalam rangka kemenangan kelompok Anak IPA 1 dalam kategori fotografis."

"Ini pertama kalinya kelas kita unggul dalam ajang lomba ini, kita sudah masuk 3 besar, kurang beberapa minggu lagi pengumuman kemenangan pertama, saya janji saya akan adakan pesta yang lebih besar lagi jika kelas kita menang juara pertama!"

"Weeeeeeeeeee" semua orang bersorak meriah, bertepuk tangan. Kagum dengan setiap kata yang Mahanta ucapkan, seolah ia sangat lihai dalam hal mengolah kata.

"Dan di sini juga sudah ada beberapa tim yang udah bekerja keras di depan dan di belakang layar,"

"Fahraz, Janu, Dendra. Tepuk tangan meriah untuk mereka bertiga." Dendra, Fahraz, Janu berdiri dari tempat duduknya, berjalan ke arah pangung utama.

Prok prok prok

"Dan Andhisty, Seka, Ane. Tepuk tangan juga buat mereka."

Prokkk prokk prokk

Andhisty, Seka sudah berdiri namun Ane, ia masih menutupi wajahnya dengan kedua tangannya. Entah kenapa nyalinya nyiut seketika setelah menjadi tontonan saat ia dan Puan datang secara bersamaan.

"Ne, ayo." Seka menarik lengan Ane, membuat Ane menggelengkan kepalanya kuat.

"Udah nggak papa, kelas gue nggak akan menang tanpa ada campur tangan lo. Udah ayo." Lagi-lagi Ane menggelengkan kepalanya.

Puan berdiri dari duduknya, memegang bahu Ane dan menuntunnya untuk berdiri.

"Sekarang juga lo kepanggung, semua udah nunggu lo." Ucap Puan dengan nada tidak ada manis-manisnya. Pria itu terlihat sangat dingin tatapanya.

Ane menghela nafas panjang, jika Puan sudah campur tanggan sangat sulit untuknya menolak. Bukan karena apa, hanya saja pria itu akan terus-menerus mengoceh jika Ane tak segera maju ke panggung, dan juga Ane sedang malas berdebat dengannya. Sudah cukup perdebatan pagi dan siang hari ini dengan Puan.

Dengan berat hati, Ane berdiri dari duduknya. Seka menggandeng tangan Ane, mereka berjalan bersama menghampiri Andhisty yang sudah ada di dekat panggung. Akhirnya mereka bertiga berjalan bersama menaiki tangga panggung. Suara tepuk tangan para tamu membuat acara ini semakin meriah, apalagi dari kaum laki-laki, melihat 3 bidadari cantik itu mereka tak henti-hentinya bertepuk tangan.

"Gue, Fahraz, Janu, dan Dendra bertugas sebagai fotografer, menggambil setiap moment terbaik yang Ane tampilkan. Dengan bantuan Seka dan Andhisty sebagai penata rias dan kostum."

Semua orang bertepuk tangan kembali, seolah sangat mengapresiasi apa yang telah mereka semua lakukan dalam ajang lomba tersebut.

Fahraz, Dendra, Janu, Seka, Andhisty dan Ane bersiap untuk melangkah turun dari panggung. Namun saat akan turun dari panggung lengan Ane di tahan oleh Mahanta.

"Disini bentar ada yang mau gue umumin ke mereka semua." Ucap Mahanta yang membuat Ane mengerutkan dahinya tak faham.

"Sekarang?" lirih Ane. Mahanta menganggukkan kepalanya.

"Ya tapi kan-" Ane melepaskan tangan pria itu dari lengannya. Ia tahu, saat ini ia dan Mahanta sedang menjadi tontonan semua orang, Ane tak habis pikir apa yang dilakukan Mahanta setelah ini.

"Sebentar aja." Ane di tarik kembali ke tengah panggung.

Puan sedari tadi mengamati setiap tingkah Ane di atas panggung hingga sekarang. Entah kenapa tatapannya pada Mahanta seolah ingin membunuh pria itu jika melakukan hal gila dengan Ane.

"Cek cek cek." Suara Mahanta membuat beberapa orang mulai fokus ke arahnya kembali.

"Disini saya mau ucapin banyak-banyak terima kasih kepada perempuan yang ada di samping saya, karena tanpa dia tim kita bukan apa-apa."

"Sudah beberapa kali saya mengikuti ajang lomba itu baik pribadi atau kelompok. Namun tak satupun yang masuk 3 besar, bahkan 10 besar. Tapi entah kenapa akibat campur tangan dari Ane membuat Tim kami tak hanya masuk 10 besar, tapi 3 besar. Tinggal menunggu beberapa minggu lagi kita dapat mengetahui kita masuk dalam 3, 2, atau 1."

"Dan saya akan menyanyikan suatu lagu khusus untuk perempuan yang ada di samping saya." Sontak seluruh tamu undangan bertepuk tangan sangat meriah, lebih meriah dari sebelumnya.

Namun ada beberapa orang yang malah melihatnya dengan tatapan jengkel dan iri. Seperti yang di tunjukkan oleh Puan. Saat Mahanta mulai memetik gitarnya ia malah berdiri dari duduknya, menjauh dari keramaian. Ia memutuskan untuk meninggalkan tempat pesta itu sekarang juga.

Langkahnya terhenti saat Asoka menarik lengannya, menahannya.

"Lo mau kemana? Acara belum kelar, nggak enak Da sama anak-anak lainnya." Puan menepis tangan itu begitu saja, tanpa berniat membalas ucapan Asoka ia melanjutkan langkahnya kembali.

Entah kenapa suasana malam yang awalnya sangat dingin berubah menjadi panas begitu saja.

Puan melejaskan jas pada tubuhnya, ia membuak dua kancing kemejanya bagian atas, menggulung sedikit lengan kemeja itu. Tanpa ia sadari tingkahnya itu membuat beberapa teman perempuannya tak rela untuk berpaling menatap dirinya. Beberapa dari mereka bahkan mengeluarkan ponselnya dan memfoto secara diam-diam. Sikap dingin dan wajah dingin Puan seolah membius mereka.

Lihat selengkapnya