"Lo tadi suruh dia dateng jam berapa sih Ka?." tanya Gina saat orang yang ditunggu-tunggu tak kunjung datang.
"Si Puan sama Ane lambatnya kayak siput." Gerutu Gina lagi.
Asoka memeluk bahu pacarnya yang sedang duduk disampingnya, "Sabar dong sayang, marah-marah cepet tua nanti." Hibur Asoka yang membuat Gina seketika mengunci mulutnya rapat-rapat.
Seka memutar matanya malas melihat tingkah Asoka yang seolah menggambarkan pacar yang sangat perhatian.
"Lo nggak usah sirik tulang ayam." Sinis Asoka seolah dapat membaca pikiran Seka saat ini.
"Lo-" Rama meraih pundak Seka, memeluknya begitu saja. "Udah diem, ular piton nggak usah diladeni." Bisik Rama tepat di telinga Kanan Seka.
"Gue juga denger curut comberan."Gina hanya memutar bola matanya malas mendengarkan teman-temannya yang masih saja mengabsen nama panjang binatang.
Ane memarkirkan mobilnya di tempat parkiran valet yang ada di cafe yang kebetulan tak seramai biasanya. Ia memberikan kunci mobil pada petugas valet itu untuk di parkirkan. Menit berikutnya ia mulai berjalan ke dalam cafe, namun langkahnya terhenti saat bahunya dirasa ada yang menepuk. Sontak Ane menolehkan pandangannya.
'Puan.' Gumamnya saat melihat wajah yang masih ada luka lebamnya tepat di sampingnya.
Entah kebetulan atau apa mereka datang secara bersamaan. Pria itu hanya tersenyum tanpa berkata apapun bahkan ia semakin menguatkan pelukan tangan kanannya pada bahu Ane saat gadis itu berusaha memberontak.
"Kayaknya kita harus traktir mereka karena terlalu lama menunggu kita." Sahut Puan tanpa beban, seolah sangat senang mengulang kata kita.
Tanpa Ane ketahui dengan penampilannya seperti ini membuat Puan semakin terpesona dengannya. Puan sesekali mencuri pandang pada Ane yang masih mengenakan topi. Dan juga, Puan mencoba untuk memperbaiki suku katanya saat berbicara pada Ane. Berharap gadis itu tidak marah lagi dengannya.
Asoka, Rama, Gina dan Seka membuka mulutnya lebar-lebar, tak percaya dengan apa yang ada di depan mata mereka. Ane dan Puan berjalan secara bersamaan. Bahkan puan memeluk bahu Ane, menandakan jika hubungan mereka saat ini tidak sepanas sebelumnya. Perkembangan yang sangat pesat.
Asoka mengucek matanya berkali-kali, berusaha memastikan tentang kebenaran yang ada didepan matanya itu.
"Sorry kita telat." Sahut Puan sambil menggeret kursi untuk Ane duduk, begitu juga ia menggeret kursi untuk dirinya sendiri.
"Kalian semua mau makan apa? Biar kita yang traktir." Sahut Ane sambil mengedipkan sebelah matanya membuat ke empat temannya itu heran bukan main. Kemarin malam mereka berdua jelas-jelas masih bertengkar tapi tiba-tiba pagi ini mereka sudah akur kembali. Aneh memang.
Sebenarnya Ane sudah ingin melempar tangan Puan yang masih merangkul bahunya, berkali-kali ia memberikan kode untuk melepaskan tangan itu dari bahunya, namun Puan tak mengindahkannya.
Ane mengingat kembali dan menyesali kesepakatan yang dibuat olehnya dan Puan. Mulai dari menikah dalam jngka 2 tahun, juga pura-pura kalau sudah berbaikan.
Tiba-tiba ia teringat tentang kejadian beberapa menit lalu.
Flashback On.
Ane menepis tangan Puan yang masih bertengger dengan santainya di bahunya. Namun semakin Ane berusaha menghempaskan bahu itu, pelukan tangan Puan pada bahunya malah semakin erat. Ane menghentikan langkahnya begitu saja, dan menatap ke arah samping. Pria itu juga menghentikan langkahnya.
"Mau lo apa?" sinis Ane membuat Puan mengulas senyumnya.
"Kita baikan sekarang, itu mau gue."
"Gue nggak mau." Ketus Ane sambil melanjutkan langkahnya. Tangannya lagi-lagi ditarik oleh Puan.
"Mau lo-"
"Lo lihat mereka," ucap Puan memotong pembiraan Ane sambil mengarahkan pandangannya pada ke empat temannya yang sudah duduk di kursi cafe sedang membicarakan sesuatu.
"Setiap kali kita bertengkar entah mengapa gue ngerasa nggak enak sama mereka. Mereka selalu berusaha bikin kita baikan. Kayaknya nggak etis aja kalo kita terus-menerus bawa mereka di permasalahan kita." Jelas Puan yang malah semakin membuat Ane bingung.
"Gue tahu Lo masih marah sama gue karena kejadian kemarin. Gue__minta maaf."
"Gue mohon lupakan permasalahan kemarin saat ini. Kita harus tampil sebahagia mungkin di hadapan mereka."
"Kalo kita bertengkar jangan sampek mereka tahu, mereka tahunya kita baikkan, harmonis. Dengan begitu mereka nggak usah membuang waktu sia-sia Cuma bikin kita baikan." Jelas Puan saat melihat ekspresi penuh tanya di wajah Ane.
"Gue harap lo tahu apa yang gue maksut." Puan kembali meraih bahu Ane, mereka Pun berjalan beriringan menuju meja cafe yang ada disudut.Disana sudah berkumpul 4 temannya itu.
Flasback off
"Kalian udah baikan?" Rama menaikkan satu alisnya, mencoba meminta penjelasan. Ekspresi wajah tak percaya tergambar jelas di wajah tampannya.
Puan dan Ane tersenyum bersamaan, mereka memutar kepala bertatap muka mesra. "Menurut kalian?" sahut Puan sambil memeluk bahu Ane kembali.
"Iya sih tapi,,," Alterino menggantung ucapannya. Puan menghela nafas panjang, ia sedikit jengkel dengan sikap teman-temannya yang seolah masih saja belum percaya.
Puan menarik kepala Ane lebih dekat dengannya.