Guys & Girls

Ayuk SN
Chapter #78

Ralat Perjanjian

Ane lebih memilih berdiam diri di dalam vila sambil menonton beberapa Film yang sempat ia lewatkan. Sedangkan Seka, Rama dan Gina pergi entah kemana. kalau Asoka dan Puan masih sibuk berkutat dengan tugas sekolahnya, observasi beserta anggota kelompok yang lain.

Entah ini liburan semacam apa, seolah Ane hanya ingin berdiam diri di dalam vila.

Puan masih memfokuskan dirinya untuk mengambil beberapa foto pekerja kebun yang mulai sibuk memetik daun teh. Aroma pegunungan yang asri membuatnya melupakan beberapa masalahnya sejenak.

Hingga tiba-tiba ada yang dengan sengaja menyenggol dirinya hingga kamera yang ada di tangannya terjatuh ke tanah begitu saja.

Sial.’ Umpatnya. Saat ia berjongkok dan berniat mengambil kamera itu, ada tangan lain yang medahuluinya.

“Lumayan hasil jebretan lo.” Puan mendongakkan kepalanya ke asal suara.

Ranu.’ Gumannya sambil menatap tajam ke arah pria itu.

“Waw.” Ucap Ranu saat ia mengecek kamera lebih jauh dan ada foto Ane yang terlihat sangat cantik di layar kamera itu.

“Lo beneran suka sama gadis ini? Baiklah mari kita bersaing dengan sehat.” Sahut Ranu sembari memberikan kamera itu ke Puan.

Bersaing sehat apa maksutnya?’ guman Puan tanpa berniat memperpanjang perdebatannya dengan Ranu.

***

“Maaf Non di depan ada yang nyari Non Ane.” Ucap penjaga vila itu yang seketika membuat fokus Ane pada film itu berkurang.

“Siapa mang?” tanya Ane masih malas untuk berpindah dari posisi ternyamannya sekarang.

“Hai.” Suara pria itu terdengar lantang, membuat Ane memutar kepala begitu saja.

Mahanta.’ Guman Ane sambil mematikan iPad nya dan segera berdiri dari duudknya.

“Mau minum apa?” tanya Ane sambil mengulas senyum diwajahnya, karena ia sadar berkat Mahantan ia dapat lulus seleksi PPDB SMA Garuda.

“Santai aja, gue mau nagih janji.” Sahut Mahanta sambil berjalan mendekat ke arah Ane.

“Janji?” Ane mengerutkan dahinya, berfikir apa yang ia janjikan.

“Jalan-jalan di daerah sini kayaknya seru, denger-denger waktu kecil lo tinggal di daerah sini. Gimana?” jelas Mahanta yang seketika membuat Ane ingat akan janjinya. Namun janjinya bukan jalan hanya sekedar makan malam.

“Tunggu sebentar.” Ane beranjak dari duduknya dan setengah berlari ke arah lantai dua, kamarnya. Ia tak mungkin mengenakan kaos oblong dan celana pendek saat berpergian.

Ane ingin sekali menolak, karena hari ini ia memang malas untuk pergi ke mana-mana. 

Dan Mahanta karena telah menyelesaikan tugasnya lebih dulu, ia mendapat kesempatan untuk pulang lebih cepat sedangkan anggota kelompoknya yang lain termasuk Puan dan Asoka masih menyelesaikan tugas dengan mengambil beberapa gambar untuk bukti observasi.

Ane menggulung rambutnya ke atas, ia melapisi kaos oblong itu dengan jaket jeans dan juga mengganti celana pendek itu dengan celana jeans panjang warna merah maron, ia juga mengenakan sneakers. Tampilannya sederhana namun terlihat sangat elegand.

Ane menenteng shoulder-bag dan segera menuruni tangga menuju lantai dasar, Mahanta sudah menunggunya.

Sorry lama?” tanya Ane sembari mengambil ponsel yang ada di meja dan mengirim pesan ke Seka ia hanya tak mau temannya salah sangka.

“Nggak juga.” Sahut Mahanta sembari berdiri dari duduknya dan melangkahkan kaki keluar.

***

“Nih.” Asoka memberikan botol air mineral ke arah Puan yang masih saja sibuk mengecek hasil jebretannya melalui kameranya.

Tak menunggu lama, Puan membuka botol itu dan meneguk habis isinya.

“Udah dapet hasil yang bagus.” Tanya Asoka yang membuat Puan menggelengkan kepalanya.

“Sial, si Daniel enak enaknya pergi duluan. Emang sih sesi tanya jawabnya dia sama Pak Kosim keren, tapi bukan berarti gitu dong nggak solid banget.” gerutu Asoka yang membuat Puan menyipitkan kedua matanya.

“Mahanta pulang duluan? Kapan?”

“Bukan pulang ke Jakarta tapi pulang ke vila. Nggak tahu, tiba-tiba tadi waktu gue mau minta file hasil tanya jawab tadi orangnya udah cabut, kata Dendra sih dari 1 jam yang lalu.” Asoka mengambil kamera dari tangan Puan dan mengecek hasil jebretan temannya itu.

“Bagus gini. Ini mah bagus Da.” Puji Asoka saat melihat berbagai potret pemetik teh yang indah di sana.

Puan mengambil ponsel yang ada di saku celananya, ia mencari kontak Ane dan menelponnya namun berkali-kali ia menelpon Ane tak kunjung mengangkat ponselnya.

Lalu Puan mencari kontak Rama dan segera menelponnya.

“Lo dimana?” tanya Puan.

“Dirumah tantenya Seka, gimana? Lo sama Asoka mau nyusul? Gue share lokasi deh.”

“Ane ada sama lo?, gue mau ngomong.”

Lihat selengkapnya