Guys & Girls

Ayuk SN
Chapter #84

Perasaan Ane

Ane membuka matanya, perut laparnya memaksa ia beranjak dari tempat tidur, ia mencium bau mie instan. Ia mengambil kompres yang masih berada di atas dahinya.

Ane mengernyitkan dahinya, ia bingung melihat kompres di dahinya dan sekarang ia berada di suatu kamar hotel.

“Udah bangun?” Gina menempelkan telapak tangannya pada dahi Ane.

“Gue semalem kenapa? Kok ada ginian?” tanya Ane sembari menenteng kain kompres.

“Lo sakit, kecapean, tiba-tiba pingsan, suhu badan lo juga drastis. Tapi keren juga ya si Seka bisa bener sembuh lo.” Sahut Gina sembari memosisikan dirinya di samping Ane.

"Puan keadaannya?"

Gina menganggukkan kepalanya, "Dia--udah siuman, kondisinya membaik Ne. Tadi Asoka send pesan gue gitu."

Gina sudah mandi, ia menggulung rambutnya yang masih basah dengan handuk, lalu ia juga masih memakai jubah mandi.

Ane segera mengambil handuk, jubah mandi juga peralatan mandi lainnya, ia berniat membersihkan badannya, berendam sejenak di bathtub dengan guyuran air hangat pada shower. Tak menunggu lama, ia keluar dari kamar mandi.

“Gue kira tadi lo belum bangun, ternyata udah mandi, Mau goreng atau kuah?” tanya Seka sembari mengambil beberapa cup mie instan.

Ane mengulas senyum di wajah cantiknya “Ikut lo aja.” Ucap Ane sembari mengeringkan rambutnya dengan handuk dan berjalan perlahan ke arah balkon.

Ane menghirup suasana segar yang dapat ia nikmati saat ini, ia masih berada di Bandung, namun sudah berada di perkotaan bukan pedesaan seperti sebelumnya.

“Nih.” Seka memberikan mie yang sudah siap kepada Ane.

Ane memutar kepalanya,” makasih.” Ucapnya sembari mendudukkan dirinya di kursi yang ada di balkon itu.

“Lo pasti kahwatir banget ya sama Puan sampek kesehatan lo drop gini.” Ane hanya menganggukkan kepalanya, membenarkan perkataan Seka.

“Iya juga sih, beruntung si Puan punya tunangan kek lo.”

“Bukan dia yang beruntung Ka, tapi gue. Gue nggak tahu gimana nasip gue kalo Puan nggak nolongin gue waktu itu, mungkin saat ini yang berbaring disana bukan dia tapi gue.” Ane menghela nafas panjang, mengedarkan pandangannya ke arah pemandangan yag disuguhkan didepannya.

“Tadi Rama nelpon gue, Puan udah siuman, dia udah di ganti ke ruang inap bukan ICU, kesehatannya juga semakin membaik.” Ane tak dapat menyembunyikan kilat bahagia dalam wajahnya.

“Makan dulu, habis ini kita siap-siap ke Rumah sakit.” Ane mengangguk faham, ia segera menghabiskan makannnya dan segera berganti pakaian dan berdandan sejenak.

***

“Lo laper nggak?”

“Apa mungkin lo haus?”

“Ada yang pegel nggak sih, gue pijit ya.”

“Apa yang lo rasain sekarang?”

Puan menghela nafas panjang, ia baru bangun namun sudah di sambut dengan dua orang manusia hidup yang langsung melontarkan berbagai pertanyaan ke arahnya.

“Gue baik-baik aja.” Puan berusaha untuk duduk dari berbaring namun tangan Asoka menahan lengannya.

“Kalo lo ada apa-apa bilang gue,”

“Kenapa gue ngerasa kayak orang jompo sih sekarang.” Gerutu Puan saat perhatian kedua temannya itu terlalu berlebihan menurutnya.

“Gue baik-baik aja.” ulang Puan sembari mengedarkan pandangannya.

“Ane kemarin pingsan waktu lo nggak siuman juga, dia dibawa ke hotel buat istirahan.” Ucap Rama seolah mengerti apa yang ada di dalam Fikiran Puan saat ini.

“Oh ya Da, kemarin nyokap lo telpon berkali-kali, gue nggak berani ngangkat.” Jelas Rama.

Puan mengambil ponsel yang ada di nakas sebelahnya. Dan benar ada 12 panggilan tak terjawab dari mamahnya.

Puan mencari kontak mamahnya dan segera menelfon nya balik.

“Gimana Mah?”

“Puan kamu itu suka banget ya bikin mamah jantungan, kenapa nggak pernah telpon mamah?”

Puan menghela nafas panjang, ia berfikir seharusnya tak menelfon mamahnya saat ini.

“Ya aku disini kan sibuk tugas mah, jadi jarang pegang ponsel.”

“Yaudah, mamah mau bicara sama menantu. Ada sama kamu kan?”

“Ane baru keluar sebentar mah, nanti kalo dia balik mamah aku telfon.”

“Oh ya rencana Bali gimana? Kamu jadi ikut kan?”

Puan memejamkan matanya sejenak, badannya masih terasa sakit semua, namun ia juga tak dapat mengurungkan jadwal untuk pergi ke Bali, karena mamahnya sudah memesankan tiket untuknya juga Ane.

“Iya mah jadi kok.”

“Yaudah, hari ini kamu pulang ke Jakarta kan?”

“Iya mah.”

Lihat selengkapnya