Guys & Girls

Ayuk SN
Chapter #87

Mengejutkan Karyawan

Ane sudah menutup kedua mata indahnya, namun dering ponselnya membuat ia kembai membuka mata. Ane melirik sekilas notifikasi pada layar ponselnya, senyumnya mengembang tak kala melihat pengirim pesan itu Puan, ia segera membuka pesan itu.

Udah tidur?

Belum

Keluar ke taman belakang sebentar

Udah malem

Ada yang mau gue omongin bentar

Cepetan

Ane menghela nafas panjang. Benar sikap Puan sudah mulai melunak terhadapnya, namun sikap memaksa dan tidak mau dibantah masih mendiami diri Puan.

Sejujurnya Ane sudah mengantuk, namun apa daya Puan memaksanya untuk tetap bertemu di taman belakang. Padahal ini sudah jam 12 malam.

Ane beranjak dari tempat tidur, melihat sekilas ke arah cermin untuk memastikan penampilannya, ia bahkan menyisir rambut panjangnya agar lebih tertata rapi. Memang banyak yang merubah dirinya saat ini, sebelumnya ia yang tak pernah memikirkan harus berpenampilan rapi setiap ia bertemu pria itu.

Ane segera berjalan menuruni tangga dan menuju taman belakang rumah keluarga Mada. Ane memeluk dirinya sendiri tak kala angin malam membelai dingin tubuhnya. Ia mengedarkan pandangannya mencari sosok Puan, namun ia tak menemukan orang itu, hingga ia merasa ada yang menepuk bahunya.

Ane mengulas senyum di wajahnya, ‘Ini pasti Puan.’ Gumannya sembari memutar badannya perlahan.

“Lama banget...” ucapnya menggantung saat tersadar siapa yang menepuk bahunya tadi. Kedua mata Ane membulat sempurna tak kala pria yang ada di depannya bukan Puan, namun Aksa.

Ane menutup mulutnya sendiri dengan kedua tangannya.

Aksa mengedarkan pandangannya, lalu ia menatap gadis cantik yang ada di depan matanya. Ia terus mengamati wajah Ane, semakin ia menatap wajah gadis itu, semakin ia teringat dengan mantan kekasihnya. Iriana. Namun sekilas, Aksa segera kembali ke dunia nyata.

“Tengah malem keluar, cari siapa?” tanya Aksa dengan nada datar, tatapannya dingin menusuk tulang Ane yang sudah menggigil akibat suhu malam yang dingin.

Ane memutar bola matanya, ia berusaha mencari alasan. “Cari Puan?” tebak Aksa yang seolah membuat Ane semakin tak sanggup untuk berbicara lebih lama dengan pria itu. Saat ini Ane ingin segera menghilang dari tempat ini, segera.

“Iya Kak.” Ucap Ane, karena ia tak punya pilihan lain, toh ucapan Aksa memang benar.

Aksa menghela nafas berat, entah mendengar dugaannya benar seolah ada yang mengganjal hatinya.

“Oh ya kak, flip flap sama jaz kakak yang dulu,,,”

“Nggak papa, ambil aja, kalo nggak suka buang.” Ucap Aksa lalu melanjutkan langkah kakinya meninggalkan Ane dengan seribu tanya dalam otakya.

Ane tak tahu kenapa tingkah Aksa seolah bertolak belakang seperti saat pertama mereka bertemu, Ane menghela nafas panjang, ia mendudukkan dirinya di kursi panjang taman yang ada di sampingnya.

Aksa mengusap wajahnya gusar, entah mengapa emosinya tak setabil hari ini. Seolah ia merasakan ada hal yang aneh dalam dirinya. Ia berniat menenangkan fikirannya ke taman, namun saat ditaman ia malah bertemu Ane. Yang semakin memorak porandakan dirinya adalah pengakuan Ane yang menunggu Puan.

Aksa segera meraih kunci mobil yang ada di dalam sakunya, ia segera meluncur ke bar terdekat. Disaat seperti ini ia butuh alkohol untuk mencerna semua fikirannya.

Ane memeluk dirinya sendiri, merapatkan jubah tidur yang ia kenakan, angin malam benar-benar membuat dirinya kedinginan.

“Hai.” Ane membulatkan kedua matanya saat ia merasa ada yang tiba-tiba memeluk tubuhnya dari belakang.

“Kok cemberut?” sahut Puan sembari mencubit pipi Ane gemas.

“Kurang lama.” Sindir Ane tanpa menatap lawan bicaranya.

Puan menghela nafas panjang, ia menyesal karena tiba-tiba ia diminta tolong kakaknya untuk membantu mencari ponsel Sita.

Sorry, tadi kak Sita minta tolong cariin ponselnya, nggak mungkin dong gue nolak.” Sahut Puan jujur.

“Dingin banget ya?” Puan meraih kedua tangan Ane dan mendekapnya ke dalam tangannya.

“Da.” Ucap Ane lirih namun penuh penekanan, ia segera menjaga jarak dengan Puan, entah mengapa ia takut jika saja ada yang mengawasi mereka.

Dan benar, saat ini memang ada yang mengawasi mereka, Aksa memilih untuk menunda pemberangkatannya ke bar saat melihat Puan mulai berjalan ke arah Ane, ia hanya ingin tahu sejauh apa hubungan mereka.

“Kenapa? Semuanya udah pada tidur Ne.” Ucapnya sembari mengalungkan lengannya pada bahu Ane.

“Tadi katanya mau ngomong penting.”

“Masak? Nggak ingat.” Puan tanpa dosanya menyandarkan kepalanya pada bahu Ane.

“Puan gue serius.” Ane berusaha menyingkirkan kepala Puan dari bahunya.

“Cuman kangen aja.” sahut puan sambil memeluk erat Ane.

Lihat selengkapnya