Guys & Girls

Ayuk SN
Chapter #91

Belum Rezeki Puan

Pukul 4 sore mereka sudah sampai di Bandara Ngurah Rai. Ane yang masih mengantuk harus membuka matanya kembali.

Sita mengedarkan pandangannya ke arah penjemput, ia sedang mencari Mang Adi, penjada vila keluarga Mada yang ada di Bali.

“Ah, itu dia.” Sahut Sita saat kedua matanya terpaut pada pria seumur dengannya yang sedang menunjung tinggi tulisan ( gambar )

Sita mengulas senyumnya, ia melambaikan tangan ke arah Mang Adi. Mang Adi dan dua orang pria lainnya segera menghampiri Sita.

“Mbak Sita?”

“Iya Mang, gimana kabarnya Mang?”

“Alhamdulillah. Ini Tuan sama nyonya, masih awet muda ya. Mbak Sita juga tambah catik, Mas Aksa semakin tampan, Mas Puan tambah gede tambah ganteng dan ini,,” Mang Adi menggantung ucapannya, ia mengamati wajah Ane yang familiar baginya namun ia tak tahu namanya.

“Mbaknya artis?”

Ane mengerutkan dahinya. Sedangkan Pak Mada dan Bu Mada tertawa mendengar ucapan Mang Adi.

“Dia tunangannya Puan Mang.” Jelas Sita.

“Oalah, wah Mas Puan udah laku ternyata.” Puan terkekeh kecil mendengar ucapan Mang Adi.

“Pasangan yang sangat serasi ya Nyah, sama-sama cakep. Tapi mbaknya artis kan ya?” tanya Mang Adi lagi, kali ini Ane tak dapat menyembunyikan senyum di wajah cantiknya.

“Dia model mang, kamu kok tahu kalau dia artis dari mana? Tumben ubdet.” Sahut Bu Mada.

Mang Adi tertawa tak kala mendengar ucapan Nyonya besarnya itu.

“Wah pantesan, saya pernah lihat wajah cantik mbaknya ini di majalah, sama itu di aplikasi jeram.”

“Instagram.” Jelas Sita membenarkan perkataan Mang Adi.

“Lah itu pokoknya mbak, sering loh saya lihat wajah mbaknya disana. Saya ngefans loh sama mbaknya.”

Benar saja, karena Ane selebgram. Banyak sekali toko baju atau kosmetik bahkan makanan online yang meminta bantuannya untuk menjadi BA. Brand ambarso produk mereka. Ane hanya terkekeh mendengar ocehan pria yang baru pertama ia kenal itu.

Semuanya terkekeh mendengar ocehan Manga Adi yang dengan blak-blakan berbicara kalau ia ngefans dengan Ane. Namun Aksa, ia memilih untuk tetap bungkam, mengamati mereka semua dalam diam.

Mang Adi dan 2 orang pesuruh lainnya mulai mengangkat barang bawaan keluarga Mada. Namun Saat Mang Adi melanjutkan langkahnya ada tangan yang menarik lengannya.

“Kamu follow ig dia Mang?” alis kanan Puan terangkat ke atas, menatap sinis ke arah Mang Adi.

“I,,iya Den.” Sahut Mang Adi sembari mencoba menghilakan rasa gugup dalam dirinya.

Mang Adi tahu kalau ia salah ngomong tadi. Saat Mang Adi menceritakan tentang Ane tadi Tuan mudanya itu Seolah menatap sinis dan siap menerkamnya.

“Cepetan unfollow.” Sambung Puan sembari melepaskan cengkeramannya dari lengan mang Adi dan melanjutkan langkahnya.

“Kenapa?” tanya Ane saat tiba-tiba Puan mengalungkan lengannya pada bahu Ane.

“Biar nggak ada yang berani lihatin lo kayak tadi.” sahut Puan dengan nada dingin.

Puan memang posesif, Ane tahu sejak awal. Pria itu snagat tak suka jika ada pria lain yang mendekati Ane. Bahkan menatap tunagannya itu.

“Cie cemburu.” Goda Ane.

“Kalo iya kenapa?”

Ane membungkap mulutnya, ia tak kira Puan akan menjawabnya seperti itu. Padahal biasanya pria itu selalu mengelak dan mengelak.

“Da cepetan, kita ketinggalan nanti.” Sahut Ane saat Pak Mada, Bu Mada, Sita dan Aksa sudah masuk semua ke dalam mobil.

“Kita nggak naik mobil itu, aku sewa khusus buat kita berdua.” Ane mengerutkan dahinya sejenak.

“Tuh.” Sahut Puan sembari menunjuk mobil BMW keluaran terbaru dengan sorot matanya.

“Beneran?” tanya Ane memastikan, atap mobil itu sudah terbuka, sudah lama Ane ingin naik mobil dengan atapnya terbuka di kota Bali. Sepertinya berkeliling pantai sore hari dengan mobil tanpa atap akan sangat menyenangkan. Karena setiap Ane ke Bali ia selalu menyewa supir.

“Iya.” Puan kembali menggenggam tangan Ane, mengajak gadis itu semakin mendekat ke arah mobil itu.

“Ini bos mobilnya.” Sahut seseorang dengan baju serba hitam. Puan mengulas senyumnya sembari menerima kunci mobil itu.

“Ayo.” Sahut Puan saat Ane hanya menatapnya tanpa ada pergerakan sama sekali.

Ane mengedipkan matannya berkali-kali sebelum membuka pintu mobil itu.

Ane mengedarkan pandangannya, sangat indah. Angin pantai juga udara sejuk membuat ia meras sangat nyaman saat ini, Puan segera membelokkan mobil itu ke arah Pantai Kuta.

“Kita kepantai?” tanya Ane saat menyadari kemana Puan membawanya saat ini.

Lihat selengkapnya