Guys & Girls

Ayuk SN
Chapter #92

Aksa

Hari ini tak ada acara khusus dengan keluarga Mada. Pak Mada dan Bu Mada sedang bertemu koleganya yang kebetulan ada di Bali. Sita sedang bertemu dengan teman masa sekolahnya. Sedangkan Aksa dan Puan lebih memilih berdiam di vila.

Ane mengedarkan pandangannya, mencari sosok temannya yang tak kunjung menampakkan batang hidungnya. Sesekali ia mencoba menyibukkan diri dengan ponselnya, hanya sekedar melihat foto-foto saat ia bersama Puan tadi sore.

“Cie, udah punya nih.” Ane mendongakkan kepalanya, tangannya sontak mematikan ponselnya karena terkejut.

“Hai, lama nggak jumpa.” Gadis yang baru datang itu tersenyum ramah, menggeret kursi sebelum mendudukinya.

“Tambah cantik sekarang.” Sahut Ane sembari mengamati penampilan juga wajah teman nya itu.

“Lo yang tambah cantik Ne, kemarin gue ke Jakarta tapi cuman 1 hari doang. Mau nya mampir ke tempat lo tapi keburu manager gue udah booking tiket, yaudah. Nggak jadi. Cieh, udah doyan cowok nih.” Sahut Angel panjang lebar.

“Apaan sih.” elak Ane sembari menyelipkan anak rambutnya pada kuping belakangnya. Saat ini ia mengurai indah rambut panjang coklatnya.

“Oh ya, gue bawa ini.” Angel meraih lampiran undangan ke arah Ane. Ane mengerutkan dahinya.

“Rencananya mau gue anter langsung ke tempat lo, minggu besok gue mau ke Bandung, tapi bisa lah mampir ke Jakarta. Tapi kebetulan lo disini, yaudah.” Jelasnya.

Ane menerima undangan itu, matanya membulat sempurnya, bibirnya melengkung keatas saat membaca siapa nama pasangan yang tertera di dalam undangan itu.

“Iya bener, bentar lagi gue married." Sahut Angel sembari mengambil ponsel yang ada di dalam shoulder-bagnya. “Sama Ian.” Tambahnya sembari memberikan ponsel itu ke arah Ane.

“Beneran?” Ane mengukir senyum di wajah cantiknya, ia salah satu saksi perjuanagn cinta Angel dan Ian. Restu dari kedua orang tua mereka lah yang dulunya menghalangi hubungan mereka.

“Iya, gue seneng banget Ne. Nyokap gue setuju. Begitu juga sama nyokap bokap Ian. Lo dateng ya.” Sahut Angel penuh permohonan.

“Iya pasti dateng kok gue.”

“Oh ya Btw, tadi cowok lo?”

“Iya.” Ane mnegulas senyum di wajah cantiknya.

“Cie, kapan nikah nih.”

"Kok tanyanya langsung nikah Ngel.”

“Udah ada cincin di sana berarti udah tunangan dong.” Sahut Angel sembari mengode dengan arah lempar pandangannya ke arah tangan kiri Ane yang ada di atas meja. Jari manis tangan kirinya melingkar cincin indah.

Ane tertawa simpul, Angel memang selalu cermat.

“Secepatnya.” Sahut Ane.

“Bagus, kasih tahu dong, kepo juga gue cowok gimana yang bisa nakhlukin hati lo?” tanya Angel ingin tahu. Karena berkali-kali Angel tahu Ane menolak mentah mentah setiap ada pria yang mendekatinya.

Ane menghidupkan kembali ponselnya, ia membuka aplikasi gambar, dan memencet layar hingga nampaklah foto Puan dan dirinya.

"Nih.” Ane memberikan ponsel itu ke arah Angel.

“Wihh tinggi juga selera lo. Masih muda ya, apa seumuran Ian, 25 mungkin?”

Ane menggelengkan kepalanya. “18 5 hari lagi.” Angel mebulatkan matanya mendengar jawaban Ane.

“Lo mau nikah sama bocah bau kencur Ne? Makan apa kamu Ne.” Sahut Angel gemas dengan sikap temannya itu.

“Bau kencur gimana? Dia udah kerja. Lagian kalo orang lihat nggak ngeh kan kalau umurnya 18 tahun?” tanya Ane kembali.

Angel mengamati foto Puan kembali. Ia mengangukkan kepalanya. “Iya Sih, gue kira seumuran Ian, cocok aja sih kalian.” Jelas Angel.

“Oh ya, Gel gue mau tanya lo, tempat paling bagus disini, lo pasti tahu dong yang nggak pasaran.”

Angel menyipitkan kedua matanya. “Cie, udah cari tempat nikah nih?”

“Bukan.” Jawab Ane cepat.

“Mau ada acara gue, lo kan orang asli ini, pasti tahu dong tempat terbagus disini.” Jawan Ane antusia.

“Tempat di Bali semuanya bagus, tapi ada satu yang paling paling bagus.” Angel memberikan ponselnya ke arah Ane. “Ini, gimana?” tanya Angel, sedangkan Ane mengamati tempat itu. “Disitu tempat pertama kali Ian ngelamar gue.” tambahnya. “Ya, semoga aja kalian cepet nyusul kita, kan?" Sambungnya.

Ane mengangukkan kepalanya faham, perasaannya lega saat sudah mendapatkan tempat yang ia inginkan.

Menit berikutnya, waitres datang menghampiri mereka, membawa beberapa menu makanan yang sebelumnya di pesan.

***

Puan menyibukkan dirinya dengan layar ponselnya. Bukan mengecek laporan perusahaan seperti biasanya. Ia sedang menyimak keributan meriah yang ada di dalam grup Titisan Sultan.

Asoka 

Cek son, semua penghuni harap absen.

Rama

1

Seka

2

Gina 

3

Asoka 

Kok Cuma 3?

Rama

Lihat selengkapnya