Akifah sherla, seorang perempuan muslimah dengan penuh kharisma di setiap keadaan. Ia yang sekarang sudah berumur 24 tahun masih betah melajang kala teman-teman sekolahnya sudah banyak yang menikah. Sekarang ia bekerja sebagai seorang terapis di klinik barokah sehat jepara. Selain menjadi seorang terapis ia juga mempunyai pekerjaan kala ia bosan, yaitu menjadi penulis. Karyanya yang selalu meledak di pasaran menjadi kebanggaan baginya. Bahkan karya juga sudah banyak yang diangkat ke layar lebar. Ia anak pertama dan mempunyai adik laki-laki yang bernama wira. Perbedaan umur yang tak jauh juga membuatnya dekat dengan adiknya. Mereje berdua juga sering dikira orang sekitarnya berpacaran.
Ting
Notice pesan dari hape sherla yang tergeletak diatas meja kerjanya.
~Sherla, jadi loh ya nanti malam kita bertemu di kafe~ pesan sarah.
~Oke bos~ balas sherla.
"Mbak sherla, klien udah ada di kamar" teriak resepsionis. Panggilan itu harus membuatnya pergi menuju ruangan khusus untuk pengobatan terapi sufistik. Dua tahun ia sudah bekerja di klinik terapi sufistik menjadikannya banyak menghadapi kepribadian orang asing. Mungkin tak banyak gaji yang ia dapat, tapi bisa membantu orang lain adalah kebahagiaan baginya. Klinik barokah sehat ini melayani beberapa keluhan para kliennya dengan pengobatan sufistik seperti bekam, akupresur dan lainnya. Tak melelahkan melakukan pekerjaan ini. Bahkan mereka hanya buka di pagi hari hingga sore hari. Mungkin melelahkannya jika banyak klien yang berdatangan dengan terapis yang tersedia hanya sedikit.
"Alhamdulillah dapat mbak sherla lagi. Saya kalau dibekam mbak sherla setelahnya itu terasa enakan" puji klien yang sedang dibekam oleh sherla.
Sherla terkekeh, "alhamdulillah kalau ibu merasa enakan" sahutnya. Sherla memulai ritualnya dengan memulai memberikan batu yang ditaruh di magic com sebelumnya di tempat yang akan dibekam. Setelah itu ia memulai membekam sang klien sesuai diagnosa dari terapis pemilik klinik ini yang juga lulusan dari dokter.
Setelah ia menangani satu klien, sherla juga sering langsung mendapatkan klien berikutnya. Bahkan ia sering melakukan bekam dengan dua klien secara bersamaan.
"Mbak sherla, makan dulu" ajak seorang terapis yang sedang makan. Sherla yang kelelahan habis membekam hanya tersenyum dan mengangguk.
"Mbak sherla, klien khusus anda sudah datang" teriak resepsionis berlari menuju sherla yang baru duduk.
"Ah, aku akan datang" ucapnya dengan sedikit parau.
"Semangat, mbak sherla" sahut rekan laki-laki sherka lainya.
"Iya, pak"
Melelahkan tapi sherla tak bisa mengeluh atau menolak. Karena itu sudah kewajibannya, apalagi jika ia mempunyai klien langganan yang hanya ingin dilayani olehnya.
Sore harinya, ia kembali ke rumah. Rumah yang penuh dengan pepohonan rindang di halaman rumahnya. Tempat ia lahir hingga sampai sekarang menghabiskan waktu.
"Mama, aku pulang"
Teriaknya saat masuk ke rumah. Mama jenna muncul dari dapur dan menyambut anak sulungnya dengan senyum sumringah. "Anak ku yang cantik udah pulang" sambutnya. Seperti biasanya, ia mencium pipi kanan dan kiri sherla denga penuh kasih sayang.
"Ah mama, sherla kan udah masih besar masih aja kalau pulang dicium kayak anak kecil" keluhnya.
"Sampai kapanpun sampai kamu udah nikah punya cucu pun kamu tetap anak mama. Jadi jangan ngeluh seperti itu"