Gaduhnya suara ibu-ibu berkumpul memenuhi ruangan tamu. Mereka terus menerus bercerita tentang keluarganya dan tak jarang mereka memamerkan perhiasan atau barang pada temannya.
Hari ini, mama jenna sedang kumpul dengan teman-teman alumni SMA dulu. Banyak dari teman mama jenna sudah mempunyai cucu lebih dari dua. Bisa dikatakan hanya mama jenna dan mamanya sarah saja yang belum mempunyai cucu. Untung saja sih mama jenna mempunyai teman yang belum mempunyai cucu. Tapi belum lama juga, kakak laki-laki sarah sudah bertunangan dan bulan depan nanti akan melangsungkan pernikahan.
"Ya ampun. Aku tuh ya, kalau pulang ke rumah terus disambut cucu aku, rasanya lelah ku langsung hilang mbak" kata ibu-ibu yang lain.
"Iya, mbak. Aku juga, apalagi cucu ku kan baru berumur dua tahun kan jadi masih gemes-gemesnya" seru ibu yang lain.
Mama jenna dan mama sarah yang memang selalu duduk berdampingan hanya bisa tersenyum mendengarkan cerita mereka. "kenapa sih kita harus menghadapi semua ini setiap kita kumpul" ucap mama jenna berbisik ditelinga mamanya sarah.
"Udah biarin aja. Baru aja punya cucu dua dibanggain. Entar juga kamu nyusul mbak, langsung dapat sepuluh. Haha" sahut mama sarah menenangkan mama jenna.
Malam harinya, semua keluarga sherla berkumpul nonton telivisi di ruang keluarga. Mama dan ayah duduk diatas sofa, sedangkan sherla dan wira duduk bersebelahan di bawah. Mereka memang selalu menyempatkan berkumpul pada malam hari untuk menghabiskan waktu bersama.
"Ah, ini kan punya ku. Aku yang beli tadi habis pulang kerja" teriak sherla merebut makanannya yang direbut oleh adiknya.
"Punya mbak sherla itu juga punya ku. Tapi punyaku ya punyaku" balas wira dengan melindungi makanannya dengan sekuat tenanga. "Kembaliin gak" teriaknya memulai pertengkaran. "Enggak. Ini punya wira juga. Mbak sherla kalau mau minta bilang dulu" bantah wira. Sherla pun terus menerus memukul badan wira yang kekar. Tapi wira tak mau mengalah dan tetap bersikeras mengambil makanan punya sherla.
"Ayah, adek tuh. Ngambil makanan punya sherla" adunya pada ayahnya.
"Mbak, adek. Kalian tuh udah besar loh. Bisa-bisanya masih bertengkar perkara makanan" lerai ayahnya yang memperingati tanpa bertindak.
"Adek dulu tau yah"
"Yee, mbak dulu yang mau nyolong makanan ku"
"Nyolong" ucap sherla sambil mengangkat tangannya. Tapi tak jadi memukul adiknya karena ditahan oleh mama jenna. "udah. Berantem mulu" sela mama jenna. Mata sherla memelototi wira mengancam.
"Lagian juga mbak sherla pernah janji dulu waktu kecil. Apapun kepunyaan mbak, itu juga punya adek. Mbak sherla gak ingat" ingatnya pada kakak.
"Lalu, kalau mbak udah nikah terus punya suami. Suaminya mbak juga punya adek?" celetuk sherla. Membuat semua orang rumah terdiam.
"Suami suami. Mbak cepetan nikah, jangan cuma ngomong aja" seru mama jenna, membuat sherla mengerutkan badan. Pernikahan adalah isu yang sensitif bagi sherla. Apalagi saat ia berkumpul dengan seluruh keluarga, ia pasti akan ditanya kapan nikah. Hal itu membuat sherla malas membicarakan pernikahan di depan keluarga.
Wira terkekeh menoleh kearah sherla. Sherla pun hanya melotot dengan tajamnya.
"Ayah, tadi siang kan mama habis kumpul ama teman-teman mama. Mereka tuh terus menerus bicarain tentang cucunya. Mama sampe kesel dengarnya" cerita mama.
"Ya, terus mama mau gimana. Orang belum punya cucu" jawab ayah, membuat sherla menghela nafas dalam. "mama ceritain aja anak-anak mama" usul ayah.
"Udah enggak lagi, yah. Teman-teman mama gak ada yang nyeritain anak mereka lagi. Sekarang mereka pada ngomongin tentang cucunya" sahut mama. Wira yang mendengarnya pun menggoda sherla dengan menyenggol badannya. Sherla menatap kesal kearah televisi.