H-365

Ludiamanta
Chapter #5

H-358

Fajar menyingsing pagi ini. Abyan langsung pergi ke lapangan untuk berlari mengitari lapangan. Peluh keringat membahasi keningnya. Kaos putih yang dipakai basah dengan keringat. Ia juga memakai celana boxer yang memperlihatkan kaki kekarnya.

"Kenapa banyak sekali orang keluar dihari kerja seperti ini" keluhnya. Ia duduk beristirahat setelah mengitari lapangan itu lima kali. Para wanita yang melewatinya tak berkedip melihat ketampanan dari abyan. Abyan pun dengan masa bodohnya tak menggubris mereka dan lebih memilih menikmati minuman yang ia bawa. Kemudian, ia mengeluarkan hapenya dan mengscroll instagram miliknya. Banyak sekali yang mengomentari statusnya kemarin. Kebanyakan dari mereka adalah remaja perempuan yang tergila-gila dengan ketampanannya. Ia juga sebenarnya tak terlalu sering bermain sosial media.

"Membosankan" ucapnya dengan mematikan ponselnya dan memasukkan ke saku celanannya. Ia melihat-melihat ke sekitarnya banyak sekali pasangan suami istri muda yang datang dengan anak mereka. Membuat abyan iri kepada mereka bisa menjalankan kehidupan normal dengan keluarga kecilnya. Sedangkan dia diumur yang tambah tua ini masih saja bekerja dan sibuk dengan syuting film setiap harinya.

Sedangkan dilain tempat yang jauh dari jangkauan abyan. Sherla menatap sendu kliennya yang mempunyai penyakit kanker payudara. Padahal ia mempunyai anak yang berumur 10 bulan. Anaknya selalu menangis ketika ikut dengan ibunya untuk berobat di kliniknya. Ibu itu terus menerus mencoba menenangkan anaknya. Walaupun ia juga merasakan sakit dibagian tubuhnya.

"Uluh uluh. Anak manis kenapa sedih" ucap sherla mendekati anak itu dengan nada bicara seperti anak kecil. Sang ibu hanya tersenyum dengan terus menenangkan anaknya. "boleh aku gendong, bu?" tanya sherla berhati-hati. Ibu itu menggangguk dan menyerahkan anaknya kegendongan sherla.

"Anak cantik gak boleh nangis" kata sherla menenangkan anak itu.

"Tapi, setelah ini saya mau diperiksa pak dokter bu!" sela ibu dari anak itu.

"Gak apa-apa. Ibu bisa masuk diperiksa dulu. Aku juga sedang gak menerima klien kok bu" jawab sherla dengan penuh keramahan.

"Benar tidak apa-apa bu?"

"iya bu. Biar saya yang jaga anak ibu"

"Kalau begitu aku masuk dulu ya" pamitnya. "baik-baik ya nak. Jangan nakal" pesan ibu itu pada anaknya.

"Iya ibu" sahut sherla sebagai ganti jawaban dari sang anak.

Rekan sherla menghampirinya dan memberitahu bahwa dia mempunyai klien untuk di pijat. "Mbak, bisa gantiin aku gak. Soalnya aku sedang nungguin bayi yang sedang tidur ini" pintanya pada rekan kerja. "yah, aku juga ada klien mbak" jawabnya.

"Biar aku aja mbak sherla yang nungguin. Mbak sherla pergi aja" ucap sari, teman kerja yang dekat dengan sherla.

"Makasih sari. Tolong jagain ya. Ibunya sedang nunggu diperiksa sama dokter soalnya" pesan sherla.

"Iya, mbak. Mbak sherla pergi dulu aja gak apa-apa"

Abyan terus menerus memandangi keindahan keluarga kecil mereka. Beberapa remaja terlihat berbisik dengan sekumpulannya. "itu kak abyan" bisik para remaja itu. Lainnya menyahut, "ayo kita minta foto bareng yuk". "ayo ayo" sahut yang lain dengan girangnya.

"Kak abyan, minta foto dong"

"Baiklah"

Menjadi publik figur baginya harus siap untuk mengalami hal seperti ini. Melelahkan? Tentu saja. Selain melelahkan, membuatnya tidak bisa pergi dengan tenang. Apalagi bila, satu orang meminta dan orang disekitarnya juga ikut mengantri untuk berfoto. Tapi abyan, harus sadar dan rendah hati pada penggemarnya.

"Makasih" balas abyan dengan ramah.

Seperti biasanya setelah joging abyan akan membeli ketoprak di pinggir lapangan. Ia tak malu dengan orang-orang untuk ikut mengantri. Selain itu iya juga sering makan ketoprak di tempat penjualnya. Hal sederhana tapi membuat abyan bangga pada dirinya sendiri. Menurut abyan, hitung-hitung membantu para pedagang yang sedang mencari rizki untuk keluarganya. Itulah yang membuat abyan lebih sering menongkrong di pinggir jalan ketimbang di kafe.

Kring

Suara panggilan dari ponsel abyan ditengah melahap makanannya. "halo" sapanya pada orang yang memanggilnya.

"Kamu dimana?"

"Aku? Aku ada di tempat penjual ketoprak pinggir lapangan"

"Sendirian?"

"Ya, iyalah kak rafi. Masak kemana-kemana harus ditemani kak rafi. Kan gak privasi"

"Kamu yah. Jangan membuat atasan kamu cemas. Entar ujung-ujungnya aku yang dimarahin enggak kamu"

"Maaf ya kak rafi"

"Ya udah. Aku jemput kamu sekarang. Kamu diam disana"

"Iya bawel"

Abyan menutup panggilannya dan melanjutkan makannya. Ia melihat seorang anak tunawisma sedang berjongkok menatapnya. Ia terlihat sangat tidak terawat dan bajunya compang camping.

Abyan memanggil tukang ketoprak. "pak, tolong buatin ketoprak satu buat anak itu. Dan ini uang seratus ribu buat bayar adiknya dan kembaliannya berikan pada adiknya" jelasnya pada tukang ketopraknya.

Anak itu terlihat tersenyum saat menerima pemberian dari tukang ketoprak itu. Anak itu juga menoleh kearah abyan ketika tukang ketoprak itu menunjuknya. Abyan tersenyum balik dan ia sangat tersentuh melihat senyum bahagia adik itu. Betapa bahagianya melihat senyuman dari orang yang kita beri bantuan. Seolah mengangkat sedikit beban mereka. Walau hanya membantu sedikit dan tak seberapa.

Rafi menjemput abyan dan segera menyuruhnya untuk pulang. Abyan menekuk mukanya kesal.

"Aku mau makan mie goreng!" ajunya sesampai di rumah.

Rafi terkejut. "apa? Kamu sudah makan satu porsi tadi?" kejutnya dengan permintaan tiba-tiba abyan.

"Ah, ya udah aku mau keluar beli mie ayam aja" ancamnya pada manajernya. Rafi tak sewenang-wenang mengurung abyan di rumah. Itu juga karena perintah dari atasan mereka. Peraturan dijalankan pada abyan karena abyan adalah seorang publik figur yang terikat dengan pekerjaan.

"Mau sama telor gak?" tawar sang manajer.

Lihat selengkapnya