Hesti meregangkan lehernya yang kaku karena sedari tadi menatap layar komputer. Matanya tampak lelah setelah berjam-jam menatap layar komputer itu. Pekerjaan yang sibuk selalu ia jalani setiap harinya. Hesti pun terbiasa tak makan siang saat semua karyawan pergi keluar makan siang.
"Hesti, ini ada kopi dan roti toast buatmu" ucap tika menyodorkan ke hadapan hesti.
Hesti pun bingung menatap tika. Bahkan hesti tidak menitip apapun pada orang untuk makan siang. Kenapa tika memberikan makanan pada hesti. "apa ini?" tanyanya ragu.
"Manajer kita yang memberikannya padamu dan menyuruhku memberikannya padamu" jelasnya tanpa peduli rasa bingung hesti.
"Tapi ini sangat tiba-tiba!" gumam hesti.
"Makan saja. Kamu bahkan tidak ada waktu untuk pergi makan siang. Makanlah!"
Hesti bertanya-tanya mendalam pada dirinya sendiri. Manajer divisi hesti adalah orang yang cuek dan tidak terlalu perhatian pada karyawannya. Ia bahkan tak ramah saat bertemu dengan karyawan dari divisinya sendiri. Tetapi tiba-tiba ia mendapatkan makan siang dari manajernya.
"Tapi, dia yang menugaskan ku untuk membuat laporan keuangan dan harus diselesaikan sore ini. Ia juga tampak marah jika aku tak bisa menyelesaikan malam ini. Kenapa?"
"Mungkin saja dia merasa bersalah padamu!"
"Benar. Pasti seperti itu adanya akan"
Tika menghela nafas. "Iya. Cepat makan toast itu. Lalu selesaikan laporannya" pungkasnya.
Hesti memang sudah senior di divisinya. Ia banyak dikenali oleh junior dikantornya. Hesti juga sangat ramah dan sering menyapa sesama para karyawan di kantornya. Tetapi, manajer. Bahkan hesti tak pernah bicara selain pekerjaan dengan manajer. Mengapa tiba-tiba manajernya menunjukkan keramahan pada hesti. Apakah ini yang dinamakan kebaikan sebelum datangnya masalah. Apakah hesti akan dipecat karena kesalahan yang tak hesti ketahui.
Dilain tempat. Abyan dengan rangga sedang berkumpul di sebuah restoran hamburger kesukaan mereka sejak dulu. Abyan yang sedang menunggu makanannya datang, ia mengalihkan kesibukannya dengan menelepon seseorang. Tampaknya orang yang ia telfon tidak mengangkatnya.
"Kenapa dia tidak mengangkatnya!" kesalnya terdengar hingga telinga rangga.
"Hesti?"
Abyan mengangguk.
"Mungkin ia sedang sibuk dengan pekerjaan kantor"
"Aku harap begitu"
"Lalu, sekarang kamu sedang berprasangka buruk kepada pacarmu?" sontak rangga bertanya. Rangga tak percaya dengan apa yang dikatakan oleh abyan.
"TIDAK" bantah abyan dengan cepat mengalihkan pikiran buruk temannya itu.
Ditengah makan pun, abyan terus memelototi hapenya. Bahkan ia akan bergegas membuka hapenya jika ada notif pesan masuk. Rangga yang mulai jengah dengan perilaku temannya itu segera mengambil hape abyan dan menyimpannya di sakunya.
"Apa!"
"Apakah kamu tidak bisa berhenti memeriksa hapemu terus menerus?"
"Tidak bisa"
"Makanlah burger mu. Kamu membuatku menghilangkan nafsu makanku"
Abyan membelot tak perduli dengan perkataan rangga. Abyan menutupi kedua telinganya agar tak mendengar omongan rangga.
Rangga memutar mata malas karena sikap abyan yang kekanakan.
"Apakah kalian sedang marahan?"
"Tidak ya!" tegas abyan menatap tajam rangga.
"Dasar anak ini" ucap rangga kesal. "bahkan anak TK pun tahu kalo kamu sedang menunggu kekasih yang sedang berseteru denganmu!" terangnya.
"Tidak. Ini adalah sebuah perasaan rindu kepada seorang kekasih. Apakah kamu tidak pernah merasakannya, padahal kamu mempunyai pacar?" ejek balik abyan.
Abyan dan hesti memang belakangan ini sering tak bisa bertemu satu sama lain. Hesti sibuk dengan pekerjaan kantornya dan jadwal abyan yang terlalu padat hingga tak bisa bertemu hesti. Sejak pertama mereka menjadi sepasang kekasih, mereka konsekuennya mempunyai pasangan kekasih yang sama-sama sibuk meniti karier. Mereka mengatasi situasi itu dengan saling mengunjungi ke rumah satu sama lain saat sedang beristirahat dari pekerjaan masing-masing. Tapi akhir-akhir ini jadwal mereka tumpang tindih dan tak bisa bertemu satu sama lain.
"Apakah kamu akan menikah dengan hesti di masa depan?" celetuk raja, membuat abyan tersedak oleh makanannya.
"Konyol sekali pertanyaanmu itu. Tentu saja aku akan menikah dengannya. Aku sangat mencintainya" tegas abyan.
"Kamu sangat percaya diri sekali!" sahut rangga membantah. "percaya padaku, bro. Semua film-filmu yang booming itu siapa yang milihin?" rangga mengingatkan.
"Ka... Kamu"
"Benar sekali, seratus buat mu"
"Kenapa kamu mengutuk hubungan ku dengan hesti seperti itu. Kami sudah lama berpacaran, jadi tentu saja dia akan menikah dengan ku di masa depan!" ucap abyan memantapkan hatinya yang sedang goyah karena omongan rangga.
Memang benar, semua film yang dibintangi oleh abyan menjadi sangat terkenal karena insting hebat rangga. Abyan sangat bersyukur memiliki teman yang selalu mendukung dan mengarahkannya pada hal-hal baik. Tetapi abyan sering merasa takut, jika rangga sudah menggoyahkan kepercayaan abyan oleh pilihannya. Abyan pernah memilih film yang akan dibintangi dengan pilihannya sendiri. Lalu rangga mengetahui pilihan abyan setelah syuting berjalan dan rangga pun bertanya seberapa yakinnya abyan pada pilihannya itu. Saat itu abyan sangat yakin dengan pilihannya. Akan tetapi, film itu tidak jadi ditayangkan karena kontroversi dari lawan main abyan.
>_< •• >...<
"Mbak sherla, hati-hati di jalan!" sapa sari yang bertemu di tempat parkir klinik.
"Iya, kamu juga"
Sherla selalu mengendarai motor kesayangannya yang ia beli sendiri dari hasil kerjanya. Hasil gajian yang ia tabung akhirnya dapat mewujudkan impianya mempunyai motor sendiri.
Tiba-tiba motornya sherla mati di tengah jalan. "ada apa ini?" gumamnya pada motornya itu.
"Bensinnya habis!" teriaknya di tengah jalan. "Bagaimana ini. Padahal perjalanannya masih jauh, bagaimana ini. Mana tempat pom bensinnya masih jauh lagi" keluhnya.