Pusat perbelanjaan pada hari libur sangat penuh dengan pembeli. Apalagi saat baru menerima gajian. Para pembeli akan memenuhi setiap tokonya.
Huft.
Desah abyan melihat orang berdesakan di depan toko baju yang sedang cuci gudang. Abyan hari ini menghabiskan waktu liburnya berkeliling di mal sendiri tanpa ditemani siapapun. Ia bahkan tak ditemani oleh manajernya. Sebenarnya ia tak berniat pergi sendirian. Awalnya ia mengajak hesti untuk pergi. Akan tetapi ia ada makan malam dan kumpul bersama teman kantornya.
"Merasa kesepian saat mempunyai pacar itu lebih menyakitkan, daripada tidak mempunyai pasangan tapi tetap bisa bahagia walaupun sendiri" keluhnya kepada diri sendiri.
Mengenaskan sekali nasibnya harus menikmati kopi di kafe sendiri.
Ia membuka hapenya dan menekan nomor seseorang.
"Halo, kamu dimana?" tanyanya.
"Kenapa kamu sangat mengganggu waktu libur ku sih. Aku sedang ada kencan dengan kaila" sahut rangga diseberang sana.
"Seharusnya kamu juga meluangkan waktumu untuk teman mu ini. Aku juga yang menjodohkan kalian. Lalu sekarang kalian bahagia tanpa aku" gerutunya
"Kamu juga punya pacar. Seharusnya kamu menghabiskan weekend mu dengan pacarmu. Kenapa berlagak jomblo saat mempunyai pacar" sindir rangga.
"Dia ada acara dengan teman kantornya"
"Dimana?"
"Entahlah" suara abyan penuh dengan kepasrahan.
"Sudah dulu. Kaila menyuruh ku makan" panggilan langsung mati seketika tanpa membiarkan abyan menjawab.
"Dasar manusia tak tahu diri" kesalnya mengumpat pada hapenya.
"Mungkin aku harus menelepon kak rafi"
Ia langsung mencari nomor rafi dan segera menghubunginya. Rafi sedikit lama mengangkat telefon dari abyan.
"Ada apa?" tanya rafi seketika dari seberang.
"Lagi apa?"tanya abyan memelas.
"Sedang menganggu pampers anakku. Kenapa? Kamu mau membantu menggantikannya?"
"Tidak. Teruskan saja pekerjaanmu. Jaga anakmu baik-baik" pesan abyan langsung mematikan panggilannya.
Ia menekuk wajahnya dan pergi meninggalkan kafe.
Di pusat perbelanjaan yang sama seperti yang dikunjungi abyan. Hesti berjalan beriringan dengan julian. Setiap harinya mereka tambah dekat dan lengket. Bahkan mereka sering berkunjung ke rumah satu sama lain dan makan bersama dengan keluarga satu sama lain.
Awalnya hesti kekeh untuk tidak mau dekat dengan julian demi menjaga perasaan abyan. Tetapi lambat laun, hesti merasa nyaman bila berada di dekat julian. Sekarang pun, hubungannya dengan abyan baik-baik saja. Mereka hanya berkencan dengan makan bersama di rumah abyan dan bertelepon saat keduanya saling merindu.
"Aku harus membelikan kado buat ulang tahun ibuku" julian menatap hesti.
"Kapan ulang tahun tante?"
"Hari jum'at besok"
"Sudah ada tujuan mau membeli apa?" tanya hesti balik.
"Belum" julian menggeleng.
"Kalau begitu kita ke toko baju itu. Disana banyak dress cantik. Kamu mau kesana?"
Julian mengangguk dan mengekori hesti dari belakang.
"Tapi aku tidak tahu tahu model yang disukai oleh perempuan" ucap julian saat sudah berada di dalam.
"Tidak apa. Aku akan membantumu mencarikannya. Tidak apa-apa?" hesti meminta pendapat julian.
"Aku sangat senang mendapat bantuan darimu" julian tersenyum menatap hesti. Hesti berbalik tersenyum melihat tatapan dari julian.
"Ah, aku sangat berterimakasih padamu telah membantuku memilihkan baju untuk kado ibuku" ujar julian ketika keluar dari toko baju.
"Aku sudah bilang, aku sangat senang bisa membantumu memilihkan kado untuk ibumu"
Julian menyodorkan paper bag kepada hesti.
"Ini apa?" tanya hesti.
"Hadiah" sahut julian. "hadiah karena kamu telah membantuku" imbuhnya.
"Seharusnya kamu tidak perlu repot membelikan untuk ku" hesti merasa tak enak hati.
"Aku memilih ini khusus untuk dirimu"
Julian meraih tangan hesti dan memberikan paper bag itu kepadanya. "makasih" pungkasnya menatap mata hesti.
Hesti pun dibuat salah tingkah oleh tatapan julian yang dalam. Pipinya menjadi merah muda dan ujung bibirnya bergetar. Hatinya pun merasa berdebar-debar.
Satu minggu kemudian
Hesti berkunjung ke rumah abyan. Ia memasak rendang daging yang ia beli di supermarket tadi. Abyan menemani hesti memasak sambil membaca naskah film di meja makan.
"Ambil nasimu sendiri" perintah hesti yang menaruh lauk pauk di meja makan.
Abyan mengerucutkan bibirnya dan memasang muka memelas. "ambilkan" rayunya.
Hesti kekeh menolak dan pergi mengangkat rendangnya. Abyan pun terpaksa mengambil nasi sendiri. Walau ada sedikit rasa kesal dalam hati. Bukan apa-apa, tapi kini hesti berubah tak seperti dulu. Dulu hesti akan melayani abyan. Bahkan akan mengambilkan nasi untuknya.
"Kamu hanya mengambil untuk dirimu sendiri? Kamu tidak mau mengambilkan untuk ku" kata hesti yang melihat piringnya kosong.
"Kamu bilang menyuruh ku mengambil nasi untuk ku sendiri. Kamu tidak bilang mengambilkannya untuk mu"
"Sudahlah. Aku bisa mengambil sendiri" hesti mengambil nasi untuknya.
Ruang makan yang dulu penuh dengan keluh kesah masalah pekerjaan. Kini telah berubah menjadi ruangan yang membisu.
Abyan dan hesti makan dengan keadaan diam dan tak ada yang membuka pembicaraan.
"Simpan saja piring kotornya di wastafel. Biar aku saja yang mencucinya nanti" abyan berdiri dari duduknya.
"Tidak. Aku yang akan mencucinya nanti" hesti menyela.
"Tidak perlu. Kamu sudah memasak tadi"
"Tidak apa-apa. Aku tamu disini, jadi aku yang akan mencucinya nanti" seru hesti.