"Halo, sayang" abyan menyapa hesti dari telefonnya.
"Kamu belum selesai syuting?"
"Iya, tapi nanti jam tujuh malem udah pulang dulu kok. Kamu bisa ke rumah ku dulu" pesan abyan.
"Tapi... Aku tidak bisa datang malam ini. Teman kantor ku ada yang naik pangkat dan ingin mentraktir kita semua. Bagaimana ini?" ucapnya dengan hati-hati.
Abyan terdiam mendengar kabar buruk baginya dari hesti. Raut muka abyan tampak kecewa.
"Tentu. Kamu bisa pergi makan malam bersama teman-teman mu. Kamu harus menghadiri pesta yang diadakan kolegamu. Aku tidak apa-apa, mungkin aku setelah pulang akan merasa lelah jadi aku akan langsung tidur" jelasnya panjang lebar.
"Baiklah, sampai jumpa"
"Iya"
Abyan menutup telefon. Menyandarkan tubuhnya di kursinya. Nafas berat keluar darinya. Matanya terpejam.
"Tidak apa-apa?" tanya rafi.
Abyan hanya mengangguk.
"Kalau begitu, aku keluar dulu. Istirahatlah dulu sebelum mulai"
Rafi pergi meninggalkan abyan sendiri di ruangan. Matanya terbuka perlahan mendengar rafi sudah keluar. Abyan kembali melamun dengan mata yang tampak sayu. Matanya terlihat bekaca-kaca. Air mata menetes perlahan.
Abyan tampak lesu dan tak bersemangat saat pulang. Rafi yang duduk di depan tampan mencuri-curi pandang melihat abyan. Abyan tampak berbeda seperti biasanya. Ia adalah orang yang supel, ceria dan berjiwa bebas. Tapi melihatnya tampak lesu hari ini membuat rafi tak enak hati.
"Kamu mau akan malam ini?" tawar rafi.
"Aku tidak makan"
"Sudahlah. Aku yang akan memilihkan makan malammu" ujar rafi, ia ingat bahwa abyan sangat susah untuk menentukan makan yang akan ia makan.
"Tidak perlu. Aku tidak berselera untuk makan!" gerutu abyan.
"Baiklah"
Sesampainya di rumah abyan. Abyan pun langsung keluar dan masuk ke dalam rumah. Rafi menggeleng melihat sikap abyan hari ini. Ia membuka hapenya dan menelfon seseorang.
"Halo. Dimana kamu sekarang?" tanya rafi.
"Bisakah kamu rumah abyan. Kelihatannya dia lagi bertengkar dengan pacarnya deh"
"Baiklah. Cepat datang ke rumahnya saat sudah selesai dengan urusannmu" pungkasnya menutup telefon.
Rafi menggeleng melihat ke dalam rumah dan masuk ke mobil.
Rangga masuk ke dalam rumah abyan. Sangat sepi dan tak ada sinyal kehidupan. Lampu dapur sudah padam. Rangga menaiki tangga menuju kamar abyan. Lampu di kamar abyan pun sudah padam. Rangga membukanya dan benar saja. Abyan tertidur dengan seluruh tubuh terbalut selimut.
"Dia sangat mengenaskan" rangga berempati pada temannya itu.
Rangga menidurkan dirinya di samping abyan. Rangga pun dengan sengaja menghembuskan nafas ke arah abyan, menjahili. Abyan mengerjapkan matanya.
"Najis" teriaknya terbangun melihat rangga sudah ada disampingnya.
Rangga tersenyum menggoda. "Ayo kita makan bersama. Aku membeli pizza dan cola. Aku sangat lapar" ajaknya.
"Aku sudah kenyang" abyan ketus menjawab.
"Jangan berbohong. Kamu terlihat lapar kalau dilihat dari mukamu"
"Aku tidak lapar"
"Kamu tidak menghargai ku. Aku kesini malam-malam membawakan pizza kesukaanmu. Tapi kamu menolaknya. Menyebalkan" kesal rangga.
"Tidak ada yang menyuruhmu membawakan pizza untuk ku ya"
"Ayo" rangga menyeret tangan abyan.
Rangga menyiapkan tempat minum dan piring untuk makan. Rangga memakan sepotong pizzanya. Tapi abyan tak bergeming. Ia hanya melihat pizzanya.
"Makanlah. Dia tidak akan bisa masuk ke mulutmu dengan sendirinya" ujar rangga.
Abyan menyuapi pizza itu. Kemudian meminum colanya.
"Enak, kan?" tanya rangga.
Abyan mengangguk dengan pasrah.
"Kamu tak akan bisa merasakan keenakannya bila saat makan kamu memikirkan hal lain daripada menikmati makanan mu"
"Diamlah" suruh abyan.
"Apa lagi kali ini?" ucap rangga memulai. "Pekerjaan, asmara atau hidup. Kenapa kamu tidak bisa menikmati semuanya sekaligus. Lepaskan hal yang tidak perlu dan menghambat kebahagiaanmu. Abyan, yang terpenting dalam hidup kita itu kebahagiaan kita, bukan kekhawatiran yang berlebih pada yang lainnya. Kamu paham?" ungkapnya.