Habibi & Habibah

Arineko
Chapter #13

Tukang Becak dan Tukang Andong

RINAI-RINAI kecil sisa guyuran hujan yang dihasilkan awan nimbostratus masih menjadi pemandangan di sore hari. Angin bertiup membawa aroma lembab tanah yang menyapa penghiduan.

Dua cangkir teh hangat disajikan Habibah di atas meja kecil yang berada di teras depan rumah. Tea time sore-sore bersama Habibi memang momen yang tidak boleh sampai terlewatkan. Apalagi jika ditemani singkong rebus yang masih mengepul anget-anget.

"Ini teh sama singkong rebusnya, Mas."

Duduk di kursi teras, Habibi yang tetap sibuk mengarahkan perhatian pada buku bacaannya hanya bergumam sekenanya.

Habibah mengecutkan bibir. Huh, suaminya itu kalau sudah serius membaca buku, istri sendiri dicueki. Padahal Habibah sudah siap tampil dengan lipstik barunya, berharap Habibi akan mengatakan sesuatu padanya. Lah, ini boro-boro dilirik.

Yosh! Tidak mau kalah dengan buku, Habibah punya ide jitu untuk mendapatkan perhatian suaminya itu.

"Mas, aku punya tebak-tebakan, lho."

"Apa?" Hanya pertanyaan singkat bernada datar itu yang dilontarkan Habibi, sementara minatnya masih tersita pada rentetan tulisan di lembar bukunya.

Habibah sempat mencibir sebelum mengajukan tebak-tebakannya. "Ada tukang becak sama tukang andong. Kalau mereka adu balap, siapa yang menang?"

"Tukang andong lah. Dia kan pakai tenaga kuda. Kuda itu larinya cepat."

Lihat selengkapnya