KENCAN setelah menikah itu ... enaknya melebihi nasi goreng spesial pakai telur mata uang—karena sapi sudah terlalu mainstream—dengan bumbu khas cita rasa sayange yang dimasak langsung tanpa dadakan di atas wajan teflon anti gores dan dan anti ngutang sama Pak Mindring.
Kencan setelah menikah itu ... bebas mau naik kendaraan apa saja. Meskipun kalau naik BRT harus terpisah tempat duduk laki-laki di depan dan perempuan di belakang. Ya, memang sudah selayaknya laki-laki di depan, karena dia harus mampu menjadi imam untuk keluarganya. Tapi jangan semakin di depan. Kasihan sopir BRT-nya, masa' tempat duduknya mau diembat juga.
Kencan setelah menikah itu ... bonus manis yang mengiringi indahnya ibadah seumur hidup.
Kencan setelah menikah itu ... dijamin bersertifikasi HALAL. Mamah, papah, kakak, adik, kakek, nenek, paman, bibi, handai tolan, kawan sejawat, tetangga kiri kanan, Pak RT, Pak Mindring, tukang cilok, tukang parkir, tukang becak, tukang andong, mantan terindah tapi tak sampai ke pelaminan TAHU SENDIRI!
Ya habibal qolbi, ya khoirol baroyah ....
Ya liji-tabil haqqi rasulalhidayah ....
Ya Rasulullah ... ya Habiballah ....
Ya Rasulullah ... ya Habiballah ....
Merdu selawat terlantunkan dari bibir Habibi sembari menemani aktivitasnya mencuci motor matic kesayangannya di pelataran depan rumah. Sementara itu di kursi teras, Habibah yang tampak gabut hanya memainkan telinga Shiro tanpa peduli kalau kucing putih peliharaannya itu mulai terusik dari tidurnya.
"Mas, masih lama nyuci motornya?"
"Sedikit lagi juga selesai, Bibah. Tinggal dilap saja, nih. Kenapa?"