Habibi & Habibah

Arineko
Chapter #17

Tupperware

PUNGGUNG TANGAN Habibi dibawa ke dalam ciuman Habibah seiring menyambut kepulangan suami tercintanya itu dari kantor. Selanjutnya tanpa dikomando, Habibah segera membawakan tas kerja Habibi.

"Mas mau langsung mandi? Aku sudah siapin air anget."

"Iya, makasih ya, Istriku, Manisku, Cintaku."

"Mas Habi lebay, ah!" Semburat merah malu-malu gagal disembunyikan di wajah Habibah. Namun, sebentar kemudian ekspresinya berubah ketika membuka tas kerja Habibi dan tidak menemukan wadah bekal makanan yang tadi pagi dibawakannya untuk Habibi. "Lho, Mas, tupperware-nya di mana?"

Sekejap membeku di tempat, kegiatan Habibi melucuti kancing kemejanya pun mendadak terhenti. Gawat, Habibah pakai menanyakan tupperware-nya segala. Harus jawab apa? "Mm ... itu, Bibah ... mas lupa—maksud mas ketinggalan di kantor."

"Lagi?" Nada datar, tetapi berdaya tusuk setajam kuku cakar kucing itu dilayangkan dalam pertanyaan retorik Habibah.

Habibi menelan ludah susah payah. Sudah ia duga pulang tanpa membawa serta tupperware bukan ide yang bagus. Masalahnya saat ini Habibi masih menyembunyikan fakta lebih dari sekadar berdalih tupperware itu ketinggalan, melainkan ia sudah menghilangkannya.

Ia ingat pengalaman sebelumnya saat tanpa sengaja meninggalkan wadah bekalnya itu. Telinganya yang malang harus dijejali omelan Habibah yang berasa tanpa ujung, mengalahkan jumlah episode Tersanjung, dan berakhir dengan peringatan bahwa laut masih cukup dalam untuk menenggelamkan satu orang yang kelupaan membawa pulang tupperware-nya.

Namun, hingga detik ini masih tidak ada tanda-tanda semburan bola api yang akan dikeluarkan dari mulut Habibah. Ekspresinya pun hanya datar-datar saja.

"Ya sudah, nggak apa-apa. Tapi jangan lupa besok dibawa pulang," kata Habibah ringan.

Fiuh! Jantung Habibi tidak jadi melorot. Aman. Habibah tidak marah. Habibi bisa mandi dengan tenang.

Selagi Habibi mandi, Habibah yang masih berada di kamar tiba-tiba mendengar ponsel Habibi bergetar. Sebuah pesan chat masuk. Tadinya Habibah bermaksud abai. Namun, begitu iseng menyapu bilah notifikasi, Habibah tidak menyangka kedua matanya akan melotot sempurna.

Diputuskannya untuk masuk ke room chat aplikasi pesan daring tersebut. Untungnya ponsel Habibi tidak menggunakan password.

Eva C.

Ditransfer saja ke rekening ini, Mas. 1212-5758-xxx

Apa ini transfer-transfer segala? Terus siapa pula itu Eva? Bukannya itu nama perempuan? Kenapa dia memanggil Habibi 'Mas' segala?

Segudang kalimat bertanda tanya itu bergelanyutan resah di pikiran Habibah. Ingin membuktikan syak wasangkanya, Habibah mulai men-scroll history chatting antara suaminya dan orang bernama Eva itu.

Habibi

Lihat selengkapnya