"MAS HABI ... MAS ... SINI, DEH!"
Mendengar seruan heboh itu, Habibi yang muncul dari arah pintu dapur seketika mendapati Habibah tampak tegang di depan kompor. "Ada apa, Bibah, panggil-panggil mas."
"Mas, perutku tiba-tiba mules. Mau eek. Tolong, gantiin aku masak sebentar. Itu ada ikan bandeng. Nanti kalau minyaknya sudah panas, tinggal cemplungin aja. Jangan lupa dibalik. Mas, a-aku ... nggak tahan ... lagi. Tinggal kamu harapanku, Mas. Kupercayakan misi menggoreng ikan bandeng untuk lauk makan siang kita padamu."
BROOT! WHUUUUSH!
Sepeninggal Habibah ke toilet diiringi letupan bom dari knalpotnya itu, di lain pihak Habibi baru tersadar dengan tugas yang kini dilimpahkan kepadanya.
Oh, tidak ... seriusan Habibi harus menggoreng ikan bandeng itu? Ia sudah bergidik membayangkan bagaimana pertemuan antara si ikan dan minyak panas akan menjadi ajang gelut meraung-raung di dalam wajan penggorengan itu. Habibi takut kecipratan minyaknya.
Apa yang harus Habibi lakukan sekarang? Matikan kompor terus kabur saja?
No-no-no ... BIG NO! Habibi adalah suami sejati. Kata iklan kecap tiga huruf pertama alfabet itu, "Suami sejati ... masak."
Baiklah, demi membantu istri tercinta, Habibi siap bertempur. Tetapi, bagaimana cara supaya dirinya tetap aman dari cipratan minyak? Aha! Otak Habibi yang cemerlang mendapatkan sebuah ide.
♡