Habibi & Habibah

Arineko
Chapter #29

Burung

PAGI-PAGI di hari Senin yang bertanggal merah, Habibi menyibukkan diri dengan hobi barunya. Sejak jatuh cinta pada pandangan pertama pada cucakrawa yang dijumpainya di pasar burung, Habibi tak bosan-bosannya bermain dengan hewan bersayap satu itu.

“Mas, ini buburnya dimakan dulu,” ujar Habibah yang baru saja menaruh semangkuk bubur ayam di atas meja teras samping rumah.

Kelupaan mengambilkan minumnya sekalian, Habibah beringsut lagi ke dapur dan kembali ke teras samping dengan segelas air putih. Habibah berdecak kesal ketika dilihatnya sang suami yang masih saja enggan berpaling dari burung kesayangannya.

“Mas Habi pilih itu burungnya aku sate atau ke sini dalam hitungan ke tiga. Satu ... dua ... ti ....”

“Iya-iya, Bibah, gitu amat sih sama burungnya mas,” sahut Habibi tergopoh-gopoh mengembalikan si burung ke kandang sebelum Habibah bermetamorfosis jadi tukang sate.

“Mas juga sih katanya tadi minta dibelikan bubur ayam keliling. Keburu medok nih buburnya kalau nungguin Mas Habi mainan burung terus.”

Siang-siang masih di hari Senin yang bertanggal merah, Habibi mendeklarasikan perang melawan dua kucing peliharaan Habibah. Pasalnya sudah dari semula Shiro dan Kuro mengincar burung Habibi yang gumush banget itu.

“Bibah, tolong kondisikan ini kucing-kucingmu. Dari tadi meang-meong terus. Jadi takut itu burungnya mas,” adu Habibi.

“Aku lagi sibuk masak, Mas. Nggak bisa ditinggal. Nanti gosong!” seru Habibah dari dapur.

Akhirnya dengan sisa kekuatan, Habibi mengerahkan jurus seribu kibasan sarungnya yang sebulan tak dicuci lengkap dengan semerbak akumulasi bau iler.

Lihat selengkapnya