AKHIRNYA selesai juga Habibi mengecek laporan data kantornya. Ia menutup laptop, lalu keluar kamar untuk mencari kudapan. Mendadak perutnya jadi lapar lagi.
Di ruang tengah, ia mendapati Habibah yang masih tak ada capeknya mengoceh sendiri saking terbawa emosi menonton sinetron Buntelan Cinta favoritnya. Pasalnya, sinetron layar kaca—yang juga digandrungi kaum emak-emak nusantara—itu mulai menanyangkan momen si tokoh antagonis selalu lolos dari kejaran Satpol PP. Tak terkecuali Habibah yang ikut geregetan sampai meremas-remas ekor Shiro di sebelahnya duduk.
Kalau sudah serius menonton sinetron begitu, maka tulisan 'jangan diganggu' seolah-olah terpampang nyata di dahi Habibah. Televisi bakal dikuasainya dan Habibi jelas tidak mungkin dapat menonton acara berita malam maupun pertandingan olahraga.
Habibi memilih langsung ke dapur saja. Siapa tahu menemukan camilan. Rupanya pisang goreng sisa tadi sore masih ada. Cukuplah untuk mengganjal perut.
"Hei, Kuro, kamu di sini juga?" Habibi beralih pada kucing jantan berbulu hitam yang baru saja meloncat naik ke kursi depan meja makan.
Kuro mengeong sebagai sahutan.
"Beginilah nasib kita para suami saat dinomorduakan sama sinetron ya, Kuro?"
Kuro kembali mengeong, seolah juga merasakan hal yang sama.
Ide menikmati segelas wedang ronde hangat terlintas kemudian di pikiran Habibi. Apalagi malam-malam seperti ini. Habibi pun lantas mengambil jaket serta kunci motornya.
"Bibah, mas keluar dulu mau beli wedang ronde di warung lesehan istrinya Pak Mindring. Kamu mau nitip sesuatu nggak?" tanya Habibi kepada istrinya.
"Mm, aku nitip dibelikan cilok ya, Mas."
"Cilok? Memangnya masih ada yang jualan cilok malam-malam begini?"
"Ya cari dong, Mas. Pokoknya aku mau cilok keliling yang penjualnya bawa sepeda telolet. Terus kalau ada, minta cilok yang rasa ikan cue."
"Aduh, Bibah, nemuin tukang cilok keliling yang bawa sepeda saja belum tentu dapat, boro-boro ada gitu cilok rasa ikan cue."
"Tapi ini dedek bayi yang minta lho, Mas. Kalau nanti dedek bayinya nangis gimana? Mas Habi tega, ya? Terus yang rasa ikan cue itu buat Shiro. Dia kan juga lagi tekdung tralala, Mas."
"Shiro kan sudah ada suaminya sendiri. Kenapa jadi mas juga yang nurutin ngidamnya. Tuh, suruh dia minta saja sama Kuro."