“If God had wanted us to vote, he would have given us candidates.”
—JAY LENO
SYEFALA MERUPAKAN wilayah zaman Palestina kuno. Kontur-teksturnya berupa rangkaian bukit dan lembah yang menghubungkan Pegunungan Yudea dengan dataran rendah pesisir Laut Tengah. Wilayah ini dianugerahi keindahan kebun anggur, ladang gandum, dan hutan ara-tarbantin. Lembah-lembahnya membuka jalan mencapai Kota Hebron, Bethlehem, dan Yerusalem di dataran tinggi Yudea. Daerah ini sangat strategis.
Berabad-abad lamanya Syefala diperebutkan lewat pertempuran sengit. Elah merupakan lembah paling legendaris. Saladin di sini berlaga melawan Kesatria Salib abad ke-12. Bangsa Filistin dari Kreta, Yunani, paruh kedua abad ke-11 SM, menyusuri dasar lembah Elah. Mereka hendak membelah kerajaan Saul. Falistin, jawara tempur itu, musuh bebuyutan Israel.
Raja Saul waspada. Ia langsung mengumpulkan rakyat, bergegas turun gunung, dan menyongsong musuh. Pasukan Falistin berkemah di pegunungan selatan. Bala tentara Israel di seberangnya. Kedua pihak berseteru tidak berani mendahului maju. Menyerang duluan artinya turun punggung bukit, lalu menantang bahaya dengan mendaki bukit yang ditempati musuh. Falistin kehilangan kesabaran. Mereka memecah kebuntuan dengan mengirim prajurit terhebat ke dasar lembah. Tarung satu lawan satu mencegah banjir darah pasukan dalam perang terbuka.
Prajurit yang dikirim adalah raksasa yang mengenakan helm perunggu dan baju zirah lengkap. Bila tentara Israel bisa mengalahkan raksasa, Falistin takluk dan menjadi hamba. Pun sebaliknya. Lutut kubu Israel bergetar ketakutan. Tiada yang berani bergerak maju. Siapa yang bisa mengalahkan monster mengerikan itu?
Seorang bocah gembala maju menawarkan diri. Saul keberatan. “Tidak mungkin kamu bisa menaklukkan monster Falistin itu. Kamu masih ingusan. Raksasa itu sedari muda terlatih berperang,” hardik Raja Saul. Gembala muda bersikeras. Dia pernah menghadapi lawan-lawan lebih ganas. “Saya biasa membunuh singa dan beruang yang menerkam ternak. Saya terlatih membebaskan ternak saya dari mulut binatang buas.”