HASKAAA!!!" Teriak seorang gadis melengking dari arah parkiran.
Cowok yang baru keluar dari ruang osis itu tersenyum melambaikan tangannya. Melihat gadis itu berlari sambil mendorong sepedanya membuat Haska mengernyitkan dahi, yang awalnya mau menuju ke aula auditorium jadi berhenti menunggu.
"Tumben gak dinaiki malah lari-lari, gak lo banget Nik." Ucap Haska meletakkan macbook pro dan map folder di keranjang sepeda Niken kemudian membetulkan sepatunya yang belum terpasang dengan benar.
"Anterin ke bengkel depan gang dong, ban gue bocor." Adu gadis itu menunjuk ban belakang sepedanya.
"Hah? Kurang angin kali," kata Haska melihat dan mengecek ban yang ditunjuk Niken.
"Tadi pagi udah berat terus gue isi angin di depan dan sekarang kempes lagi ya pasti bocor lah Has." Ucap Niken menjelaskan.
"Yah kalo sekarang gue gak bisa soalnya mau rapat, lima menit lagi mulai Nik." Kata Haska merasa bersalah tidak bisa menolong.
"Ih masak gue ke sana sendirian, anterin bentar dong terus lo balik. Lo tau sendiri jam segini di sana banyak cowok SMK gak jelas, Has please!" Ucap Niken memohon pada Haska.
"Aduh Nik, kalo sekarang gue bener-bener gak bisa beneran," Haska menengok ke kanan kiri guna mencari cara, "di kelas tadi gak ada orang emangnya? Kalo mau minta tolong, akh semua sibuk Nik hari ini." Haska mengusap rambutnya ke belakang mengernyit semakin bingung.
"Has, sumpah gue gak bisa ikut rapat," tiba-tiba saja seorang cowok keluar dari ruang osis sambil memakai jas almamater biru navy sekolah, "gue udah ijin ke Bang Andra lo ditungguin tuh. Gue balik dulu." Pamit cowok itu buru-buru meninggalkan Haska.
"Eh Ga!" Ucap Haska menahan bahu cowok bernama Arga, membuat cowok itu membalikkan badan.
"Elo lewat gang depan kan? Nitip dia dong, anterin ke bengkel depan gang." Haska menunjuk Niken di depannya membuat Arga mengernyitkan dahinya tak paham.
"Eeeh gak usah, gak usah gue sendiri aja Has." Ucap Niken hendak pergi tapi langsung ditahan Haska.
"Nik lo tadi bilang jam segini di bengkel sana banyak anak SMK gak jelas. Kalo lo diganggu gimana, ntar Pak Yuno sampek tau yang dicari gue dulu." Perkataan yang diucapkan Haska membuat Niken tertegun karena ada benarnya juga apa yang dikatakan pemuda itu.
"Ga please lo anterin ya?" Pinta Haska memelas pada Arga.
Cowok bernama Arga itu menghela napas pasrah, "Iya... iya..." Kemudian berlari dan menghilang setelah membelokkan diri ke koridor.
"Lo tunggu dulu Nik. Dia lagi ke kelas ambil tas terus ntar lewat situ bawa motor. Kalo ada apa-apa telfon gue, kalo gak gue angkat telfon semua. Pokoknya spam di grup kelas oke," Haska mengambil kembali barangnya dari keranjang sepeda Niken, "gue harus pergi sekarang, duluan Nik." Pamit Haska kemudian ikut menghilang setelah berbelok menuju koridor.
Niken masih berdiri di tempatnya dengan pikiran mengolah ucapan Haska, "Apasih maksudnya gue kan gak pernah punya pulsa, buat absen aja gue minta hotspot ke dia. Gimana caranya gue nelfon terus spam di grup kelas."
"Lagian tu cowok kenapa sih mau banget disuruh-suruh Haska," Niken yang masih saja menuruti ucapan Haska untuk menunggu cowok tadi tersadar, "lah, ngapain juga gue nurut ucapan Haska. Mending gue ke sana sendiri aja kalau kayak gini." Kemudian Niken berjalan mendorong sepedanya.
Sesampainya di gerbang Niken menghentikan langkahnya dan menengok kembali ke belakang, tapi tak juga melihat kemunculan cowok tadi, "Tu anak kelasnya di mars apa, kok gak muncul-muncul sih. Apa tadi ia bilang iya supaya bisa kabur dari Haska. Hilih." Niken sudah tidak lagi berharap ia menghela napasnya pasrah kemudian lanjut berjalan.
***