Alarm berbunyi tepat di telinga Rasyah, membuat Rasyah harus terbangun dari mimpi indahnya. Rasyah menguap ia melihat sajadah dan mukena yang belum terlipat di lantai sejenak, lalu melipatnya.
Rasyah memijit pelan lengan kanan hingga ke bahu kanannya. "Badanku sakit semua gara-gara saudara-saudara laknat," ujar Rasyah berapi-api hingga rasa kantuknya hilang.
Rasyah pergi ke kamar sebelah untuk membangunkan Dion, namun ia tak melihat Dion disana. Ia malah menemukan Reza yang masih tertidur dan sayup suara dari kamar mandi.
"Lah ngapain Abang tidur disini." Rasyah terdiam sebentar, lalu secara tiba-tiba merubah air wajahnya menjadi aneh.
"Ayo mulai pembalasannya," ucap Rasyah dalam hati, Ia pun kembali ke kamarnya untuk mengambil sebuah botol kecil bergambar anak bayi dan tas riasnya.
Ia meletakkan botol tersebut diatas meja dan memulai aksinya dengan menuang bubuk putih dari dalam botol ke tangan kiri sang kakak, kemudian ia menyimpan botol itu dan mengelus-elus hidung Reza dengan brush riasnya.
Tak lama Reza terusik dan ... boom! Ia menepuk wajahnya dengan tangannya yang penuh dengan bedak bayi, namun belum juga terbangun dari tidurnya. "dasar kebo," batin Rasyah.
Rasyah melanjutkan aksinya dengan meratakan bedak yang ada di wajah Reza dan memberi sedikit riasan pada wajah sang kakak. Di tengah kegiatan merias Reza, Dion keluar dari kamar mandi dan hampir bersuara. Namun Rasyah cepat-cepat memiting bibirnya agar tidak berisik.
"Bagus banget karyaku," bisik Rasyah tak ingin membangunkan Reza sebelum waktunya.
Dion mendekat, "Nanti kakak di bantai sama abang loh!" bisik dion ditelinga Rasyah.
Rasyah memicingkan matanya sangat tajam. "Kamu yang kakak bantai!" geram Rasyah sembari berbisik, tak lupa menambahkan satu jitakan ke kepala Dion.
«««
Rasyah kembali ke kamar, dari jendela ia melihat matahari mulai muncul. Rasyah segera pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri dan mengganti pakaian tidurnya dengan seragam putih-abu.
Pagi ini ia hanya membalas Reza, sedangkan Dion? Cukup libur menjadi joki tugasnya saja sudah cukup.
Setelah siap, Rasyah keluar dari kamarnya tak lupa juga dengan tas ransel coklatnya. "Mah, hari ini aku pulang sore ada ekskul." ujar Rasyah saat sampai di depan meja makan.
"iya, bawa bekal ya?" tanya Desya sambil menuangkan nasi goreng ke piring Rasyah.
Rasyah mengangguk. "udah, Mah jangan banyak-banyak, kan udah bawa bekal," ucap Rasyah menghentikan gerakan sang ibu.
Rasyah makan sarapannya dengan tenang hingga tak tersisa sedikit pun. Segelas susu di kanan piring pun sudah tandas tak tersisa. Selesai sarapan, bekal Rasyah pun sudah disiapkan oleh Desya.
Tepat setelah Rasyah menutup resleting tasnya, terdengan suara teriakan dari kamar Dion. "Rasyah!!!" Rasyah buru-buru menarik tangan Dion, karena memang biasanya Rasyah pulang-pergi dengan Dion.
Rasyah buru-buru menyalami Ibunya. "Mah Rasyah berangkat dulu ya, bilang aja kalo mukanya Bang Eja itu karma." Rasyah tertawa sambil berlari ke pintu depan.
Rasyah cepat-cepat naik ke motor dan memukul-mukul punggung Dion agar ia segera jalan. "Dasar adek laknat awas aja nanti, Abang obrak abrik kamarmu!" teriak Reza saat Rasyah sudah jauh dari rumah namun masih dapat terdengar oleh Rasyah.
"Bodo amat wlekk!" teriak Rasyah tak kalah kencang membuat telinga Dion pengang saja.
«««
Pukul 06.30 Rasyah sudah memasuki area sekolah setelah tadi beradu mulut dengan kakaknya, Rasyah segera menuju kelasnya tak sabar bercerita pada Aza tentang aksinya pagi ini.
Ia sudah berada di depan pintu kelas XII IPA1, sunyi terdengar di telinga Rasyah dan benar saat ia masuk hanya ada beberapa orang yang ada di kelas yang salah satunya tidak Rasyah kenal.