Hadiah dari Tuhan

Oki Wijaya
Chapter #2

Bab 1 : Yogyakarta

Keluar dari pesawat, segera Arsa pergi mengambil koper berwarna hitam miliknya kemudian berjalan untuk menemui kakaknya yang telah datang menjemput. Tapi, masalahnya, terlalu banyak orang, dan ia masih belum tahu ke mana harus pergi. Sejauh matanya memandang, tempat ini dipenuhi oleh orang-orang yang datang dari banyak daerah.

“Hei, kenapa kamu terlihat bingung?” tanya Lucy—gadis berambut panjang terurai yang ia kenal di dalam pesawat. Kedatangannya ini membuat Arsa tersentak.

“Ah, Lucy, kamu ngagetin aku saja.” Arsa menghela napas lega. “Aku gak tahu harus ke mana sekarang, kayaknya susah nyari di mana kakakku nunggu.”

“Kalo gitu, ikut sama kami aja nyariin dia di luar bandara.”

“Oke.” Tanpa rasa curiga, Arsa menyetujui.

Pemuda itu sekarang berjalan bersama dengan Lucy dan pria besar yang Lucy bilang adalah pamannya. Siapa pun dia, sedikit pun Arsa tak ingin peduli, karena itu bukanlah hal penting untuknya. Apa yang paling penting baginya sekarang hanyalah mencari di mana kakaknya berada.

Sebenarnya, keputusan Arsa bersekolah di Yogyakarta ini ditentang oleh ibunya, yang tak ingin ditinggal sendiri, sebab dia telah berpisah dengan ayahnya Arsa. Akan tetapi, demi merubah dirinya sendiri, Arsa bersikeras agar dapat bersekolah di sini. Selain itu, karena ada salah seorang sepupunya yang tinggal di kampung lain ada yang mau tinggal bersama dengan ibunya, Arsa semakin yakin pada keputusannya. Mungkin, ini merupakan sebuah kesempatan dari Tuhan agar ia bisa merubah penyesalannya dulu.

Beberapa saat kemudian, Arsa bersama Lucy dan pamannya berhasil sampai di luar bandara. Sejenak Arsa mematung kaku, hingga membuat Lucy berpaling padanya. “Kamu kenapa, Arsa?” tanya gadis itu.

Arsa tersenyum tipis, kemudian menjawab, “Gak apa-apa kok.”

“Hm ....” Tampaknya Lucy memerhatikan Arsa dengan saksama.

“Sungguh. Aku baik-baik saja.” Arsa mengangkat kedua tangannya.

“Terserahlah kalo gitu.” Akhirnya Lucy menghela napas panjang.

“Ekhm!” Seorang gadis dengan kerudung berwarna putih mendadak datang menyela pembicaraan mereka.

Melihat gadis dengan tubuh kurus dan tingginya hampir sama dengannya, membuat Arsa menjadi canggung. “Hallo, Kak!” Arsa lantas menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

Sudah cukup lama semenjak terakhir kali Arsa bertemu dengan kakaknya. Itu karena sejak kecil, kakaknya ini telah tinggal bersama dengan pamannya di kota lain. Bahkan, dulu ketika bertemu, Arsa sempat terkejut melihat kakaknya ternyata memakai kerudung, sebab ia kira di agamanya—Katolik—tidak ada anjuran menggunakannya. Namun, kini ia tahu kakaknya beragama Islam.

“Siapa dia ini, Arsa?” tanya gadis yang dipanggil kakak oleh Arsa.

“Dia ini temanku, kami berkenalan di pesawat.”

“Hallo, Kak! Namaku Lucy!” Lucy langsung menjulurkan tangan untuk berjabat tangan.

“Hallo, Lucy. Aku kakaknya Arsa, Citra.”

Kedua gadis itu saling berjabat tangan selama beberapa waktu. Namun, paman Lucy lantas segera mengajak Lucy pergi sebelum berkenalan dengan Arsa juga kakaknya.

“Lucy, ayo cepat.”

“Oke. Sampa jumpa, Arsa!” Sebelum pergi, Lucy melambaikan tangan pada Arsa.

“Sampai jumpa!” Arsa juga melambaikan tangannya.

“Ekhm. Rupanya Arsa sudah pandai merayu cewek.”

Lihat selengkapnya