HAL TERBEGO TENTANG CINTA

Chiklarasati
Chapter #22

ORBIT 21

Tiger berbeda dan bukan dalam arti yang bagus. Dua minggu penuh selama di rumah sakit seperti itu. Dia tidak secerah biasanya dan terkadang diam melamun. Kepulangan Tante Mayka ke Malang tidak membantu kesembuhan mental Tiger. Tante Mayka selalu membicarakan soal kampus yang dia ingin Tiger masuki, entah itu di Indonesia, Jepang, atau negara apa pun dalam setiap kesempatan. Tante Mayka menyemangati Tiger bahwa belum terlambat mengejar ujian Universitas sekarang dan dia siap memberikan tutor terbaik buat Tiger. Tiger tidak punya pilihan lain.

Hari ini Tiger sudah boleh pulang ke rumah. Aku, Riana, Mika, Kak Juri, Ray dan enam orang anggota klub tenis sudah menyiapkan pesta sambutan buatnya atas seijin Tante Mayka. Mika dan Riana bertugas mengatur dekorasi, Ray dan Kak Juri bertugas mengatur soal makanan.

Semua orang memakai pakaian tenis berwarna putih dan rambut para perempuan dikepang kuda. Ornamen bertuliskan “Welcome Home Tiger” dipajang di ruang tamu dan musik riang sudah dipasang. Aku juga sudah mengirimkan pesan ke Tante Mayka yang meminta bantuan agar hari ini Tiger ikut berpakaian putih.

“Mereka udah di depan komplek!” Aku mengumumkan informasi yang kuterima dari pesan teks Tante Mayka padaku.

Lalu semua orang jadi sibuk mengecek apakah semua persiapan sudah benar-benar selesai. Hanya sekitar lima belas menit kemudian suara mobil Tante Mayka terdengar. Kami berdiri dengan tidak sabar di balik pintu dengan konfeti di tangan. Saat pintu rumah akhirnya terbuka, kami menembakkan isi konfeti ke arah Tiger yang duduk di atas kursi roda.

Welcome home!” Teriak kami semua, agak kacau karena beberapa orang mengucapkannya lebih cepat sementara yang lain agak terlambat.

Tiger membelalak karena kaget. Tante Mayka menggeser kursi roda Tiger masuk lebih dalam, dan semua orang menyambut Tiger satu per satu.

“Mereka nyiapin pesta sambutan buat kamu udah dari jauh hari,” jelas Tante Mayka sembari menjauhi Tiger agar teman-teman kami lebih leluasa menghampirinya.

Sudut bibir Tiger membentuk senyuman. Tentu saja, tak lupa dia mencari keberadaanku yang sengaja mengalah dengan menjauhinya agar yang lain bisa menyapanya langsung. Aku tersenyum padanya dari belakang teman-teman kami.

“Makasih,” ucap Tiger kemudian.

Kak Juri memegang gagang kursi roda Tiger dari belakangnya. “Runa yang menyusun acara hari ini,” goda Kak Juri.

Aku bergeleng, tak setuju Kak Juri hanya menyebut satu nama. Tiger tersenyum sekali lagi.

Kak Juri menggeser kursi roda Tiger memasuki rumah lebih dalam dan Tiger terlihat bingung. “Mau ke mana?” tanyanya.

Tidak ada yang menjawab, semua terlalu antusias dan ingin Tiger dikeluti rasa penasaran. Kami semua mengikut sementara Kak Juri membawa Tiger ke dekat tangga. Sesampainya di sana, Kak Brandon dan Kak Yogi membantu memapah tubuh Tiger sementara Kak Juri menunduk membelakangi Tiger.

“Kalian mau apa?” Tiger tampak kebingungan.

“Acara utamanya ada di loteng.” Sahut Kak Brandon sambil melipat kursi roda Tiger dan membopongnya.

Tiger mencoba memberontak karena tak sudi digendong di punggung Juri tapi cedera di tubuhnya membuatnya tak mampu melawan.

Lihat selengkapnya