“Apa kita saling kenal? Kamu mengenalku?” tanya Flora terlihat penasaran. Otakku pun menjadi mempertanyakan. Apakah gadis di hadapanku ini benar Flora yang aku kenal?
“Ahh, aku…,” ucapku terbata. Aku tidak tahu harus berkata apa. Aku merasa mengenalnya, tetapi muncul sedikit keraguan. Bagaimana mungkin Flora yang aku kenal tidak mengenaliku?
“Flora! Apa yang menahanmu di situ?” panggil seorang perempuan dengan gaun warna merah mencolok. Flora hanya melambaikan tangan membuat perempuan itu tidak sabar dan berjalan mendekati kami.
Di sisi lain aku semakin penasaran, “Kamu benar Flora?” Aku berusaha meyakinkan diriku memastikan aku tidak salah dengar. Orang lain pun memanggilnya Flora.
“Ya,” jawabnya.
“Flora Calista?” tanyaku lagi.
Gadis itu mengangguk, “Apa kita saling kenal?” tanyanya terlihat ingin tahu.
“Hei, berani sekali kamu mengabaikan kakakmu. Semua orang sudah menunggu. Kamu masih saja belum berubah. Masih saja lamban dan membuat semua orang menunggumu, Flo.”
“Maaf,” jawab Flora.
Perempuan yang mendekati Flora terlihat familier. Wajahnya begitu mirip dengan Flora hanya saja lebih tirus dengan rambut pendek sebahu.
“Siapa? Kenalanmu?” tanya perempuan itu.
Flora menggeleng.
“Apa adikku membuat masalah denganmu? Otaknya sedikit bermasalah. Jadi, tolong maafkan kesalahan apapun yang dia buat. Apa perlu ganti rugi? Berapa? Sebutkan angkanya?” ucap perempuan itu tanpa memberikanku celah untuk bicara.
“Kak Fio…” tahan Flora ketika kakaknya ingin mengeluarkan uang kertas dari dompetnya, “Tidak baik berkata begitu.”
“Maaf. Aku tidak ada masalah dengan adikmu. Hanya saja…” ucapku terputus sambil memandang Flora.
“Gadis ini memang terlihat polos dan lugu. Tapi, dia sudah ada yang punya. Hari ini dia akan bertunangan. Pikiran apa pun yang ada di kepalamu sebaiknya kamu hapus dari sekarang. Ayo, Flo. Semua sudah menunggu.”
“Kak Fiona… Tidak seharusnya berkata begitu kepada orang asing. Apa yang dia pikirkan nanti?” ucap Flora lirih, tetapi masih bisa aku dengar.
“Kamu sendiri yang menyebut dia orang asing. Kenapa harus peduli apa yang dia pikirkan?”
Flora memberontak dan melepaskan diri dari genggaman kakaknya. Dia balik berlari ke arahku.
“Bukan, bukan aku yang ingin bertunangan, tetapi kakakku. Namanya Fiona, kakak kembarku. Ahh...aku tahu kita baru bertemu. Tapi…entah kenapa aku hanya tidak ingin berkata bohong. Berbohong itu tidak baik,” ucapnya.
“Flora!” mendengar namanya dipanggil, Flora terlihat panik
“Aku harus pergi,” katanya.
“Tunggu! Berarti kamu tidak berbohong tidak menegenaliku?” tanyaku.