Halaman Sembilan

verlit ivana
Chapter #9

Persaksian

Kediaman Agung berada dalam sebuah residence sederhana, diapit rumah-rumah tetangga yang berderet. Siang ini, istrinya tengah memasak makan siang. Wanita yang masih terlihat cantik di usianya itu, sudah terlatih berlapang dada oleh tidak menentunya waktu kerja sang pendamping hidup yang kadang tidak pulang ke rumah. Baginya, Agung masih muncul di rumah saja sudah bersyukur.

Agung yang pulang ke rumah untuk mandi dan berganti pakaian itu, kini duduk di teras belakang rumah yang diteduhi aneka tanaman, ia tengah bermain lego bersama cucu laki-lakinya yang berusia empat tahun. Sementara gadis bungsu sudah pergi kuliah, sedangkan si sulung dan menantu perempuan bekerja di sekolah dasar milik yayasan dekat rumah.

"Pak, ada si Kiman ing ngarep omah," ujar nyonya rumah, menunjuk seseorang sedang memarkir motor di halaman.

Agung bangkit berjalan ke ruang tamu dan membuka pintu, tepat ketika tamunya itu mengucap salam.

"Assalamu'alaikum, Pak ayo ke kantor, hasil foresik udah keluar."

"Waalaikumussalam. Gue siap-siap dulu, Lo duduk dah di situ," ujarnya menunjuk kursi kayu di teras.

"Kiman, mangan dhisik. Mbak baru selesai masak," ajak istri Agung pada tamu yang sudah dianggap keluarga itu.

Parkiman mengangguk sopan pada istri sang senior, "Matur nuwun, Mbakyu," jawabnya dengan logat jawa, kemudian ikut masuk ke dalam rumah.

"Ayo Park! Lah dia malah makan."

"Bapak juga, ayo makan dulu. Aku wis masak, kok mau langsung pergi," ujar istri Agung, menunjuk pecak gurami yang didampingi tumisan jamur serta lauk pendamping lainnya.

Agung yang tersadar akan jerih payah istrinya menyediakan makan siang, akhirnya duduk di sebrang Park dan mengisi piringnya.

***

Park menunjukkan laporan mengenai dispenser batu yang kemarin mereka temukan di pool deck. Rupanya dispenser setinggi 20 sentimeter itu berisi olive oil, beberapa benda serupa ditemukan di ruang spa Novelavender. Ada pun darah yang ditemukan di benda tersebut, sama dengan milik korban.

"Jika pelaku mengambil barang di sekitarnya sebagai senjata pembunuhan secara spontan, bagaimana bisa benda yang biasanya ada di ruang spa podium lantai dua tersebut berada di pool deck?" Park tampak berpikir, seraya melihat jalur dari ruang spa ke kolam renang yang lumayan jauh. Ruang spa di jam itu pasti udah tutup. Kalau dia emang mau bersiap punya senjata buat bunuh orang, masa iya memilih benda gak praktis kayak gitu. Apalagi Mae kan belum tentu masih hidup setelah jatuh.

"Soal senjata pembuhuhan, nanti kita coba ke lokasi untuk mencari tau lebih jauh. Sekarang, apa ada yang kamu pikirkan soal motif Mae melompat dari jendela?" tanya Agung seraya menulis di white board.

"Dugaan pertama, dia depresi karena banyak utang. Diasumsikan akibat dia membeli unit apartemen, furniture serta barang-barang dekoratif yang sudah dipastikan mahal itu. Tagihan-tagihan yang masuk melalui surel juga cukup besar dari beberapa akun pinjaman online. Tapi anehnya gak ada riwayat pembelian barang mahal dari akun belanja online Mae."

"Mungkin aja kan dia beli langsung di toko. Nanti kita usut lagi soal itu. Lalu motif selanjutnya..." Agung menuliskan point kedua di white board.

"Depresi karena diancam?" Park membaca tulisan Agung tersebut dengan heran.

"Dari informasi lini masa Mae, kita bisa tau dia aktif dalam kegiatan demo buruh. Coba cek pabrik tekstil PT. Kain Nusa Jaya, atau nama lainnya, Kanuja."

Segera saja Park mencari berita daring tentang pabrik tekstil berusia tua yang cukup terkenal di kawasan pinggiran kota tersebut. Selama berdiri, pabrik itu pernah jadi objek unjuk rasa karyawannya sendiri akibat kurang memerhatikan kesehatan, keselematan kerja juga upah yang rendah, pernah pula didemo oleh komunitas pecinta lingkungan karena limbahnya yang mencemari kali. Unjuk rasa tersebut cukup berdampak, karena Kanuja akhirnya mersepon dengan baik. Meski tentu saja tidak semua orang senang dengan perubahan kebijakan tersebut yang memakan banyak biaya.

Park menggulirkan ponselnya pada kondisi PT. Kanuja beberapa tahun terakhir. Rupanya buruh di sana sering mengikuti aktivitas konfederasi buruh beberapa tahun terakhir,

"PT. Kanuja sempat vakum menurunkan pekerjanya dalam aksi unjuk rasa selama beberapa waktu, tapi ketika terjadi demontrasi besar di akhir tahun 2021 dan seterusnya mereka kembali ikut serta."

Park terperangah memikirkan segala kemungkinan, ia melihat kembali daftar riwayat hidup perempuan yang kini sudah tingal nama itu, "Lho, berarti itu gak lama setelah Mae bergabung ya?"

Belum juga Agung menjawab, seorang petugas polisi berseragam dinas harian mengetuk pintu, "Lapor Pak, ada yang datang mau bersaksi."

Lihat selengkapnya