Pagi masih dingin dan kegiatan sekolah belum dimulai. Tidak seperti hari-hari biasa yang mana Sinar selalu datang tepat waktu atau lebih dari waktu yang tepat alias terlambat. Hari ini siswa berambut keriting itu datang saat gerbang sekolah baru saja dibuka, karena ia tak mau terlambat. Tepatnya tidak mau dijemur karena terlambat ikut upacara bendera yang rutin diselenggarakan tiap senin pagi. Selain itu, ada hal yang ingin Sinar lakukan sebelum sekolah menjadi ramai.
Ia mengatur napasnya berkali-kali dan melompat-lompat kecil untuk meredakan degup jantungnya yang terasa bertalu lebih cepat dari biasanya. Aduh gua gugup banget.
Setelah merasa lebih tenang, anak lelaki itu melangkah melewati tembok berlubang, berjalan menelusuri koridor terbuka berubin putih tulang, menuju bangunan sekolah lama. Suasana sepi membuat suara-suara kecil yang ia timbulkan saat berjalan, seolah nyaring dan menggema. Kembali dia menguatkan hati, hingga tiba di pertengahan koridor sebelum pintu besi langkahnya berhenti.
Sinar menoleh ke kanan dan kiri bergantian. Menatap petak kebun dengan semak tak terurus dimahkotai guguran kembang, namun pepohonan di sana tetap anggun menjulang, berdahan serta bercabang, dengan dedaunan dan mahkota putih bermekaran, sebagaimana tanaman yang rutin mendapat perawatan.
Kemboja.
Ia menghirup aroma embun yang tengah menguap bersama volatile rumput patah, bercampur harum bunga berkelopak putih yang mekar dengan indah tersebut. Belia itu kini tampak merenung.
Sebenarnya apa yang ingin paman ceritakan lewat bukunya? Gue cuma bisa nebak-nebak.
Sinar membuka ransel dan mengeluarkan sebuah buku milik pamannya. Perlahan membuka lembar demi lembar yang sebagian besar sudah terisi. Ia berhenti membalik ketika tiba di salah satu halaman. Pada halaman buku yang kertasnya telah menguning tersebut, terdapat sketsa yang berbeda dari goresan pena lainnya dalam buku itu.
Jika gambar lainnya berupa bentuk-bentuk yang dinamis, atau berupa kalimat dan memiliki pesan, gambar di halaman hampir akhir tersebut hanya berupa bentuk geometris, garis-garis dan tanda silang. Di mana tanda silang itu dibubuhkan pada samping kanan dan kiri dua garis panjang sejajar.
Sejak memasuki sekolah ini, tadinya Sinar tak terlalu peduli dengan bangunan sekolah lama, sama seperti halnya siswa-siswa Akusara kebanyakan. Begitu pun terhadap buku sang paman. Buku bersampul gelap yang ia temukan tengah terselip di antara barisan koleksi Jenak Hening itu, hanya ia lihat-lihat tanpa terlalu memikirkan isinya.
Sampai suatu ketika, kala mengurus daftar ulang kenaikan kelas seorang diri, ia iseng mengambil brosur di meja ruang administrasi sekolah. Brosur itu biasanya dibagikan kepada para calon siswa baru yang akan mendaftar.
Dibawanya brosur itu pulang karena tampak menarik. Dalam brosur tersebut rupanya terdapat informasi rencana renovasi bangunan lama untuk lokasi penambahan fasilitas sekolah. Ketika mengamati denah bangunan lama pada brosur, Sinar merasa susunan denah itu tampak familier baginya.