Blurb
"Apa buktinya kalau Bumi itu bulat?"
"Lho,dek,kan tadi udah kakak bilang,kalau kita liat langitnya agak melengkung.Terus kalau kita jalan lurus terus kita bakal balik lagi kesini",rambut hitam gadis itu berkibar lembut ditiup angin.
"Emang kakak udah pernah jalan terus balik lagi kesini? Emangnya kakak tau dari mana",bocah kecil itu berjalan diantara padang rumput hijau,rumpun-rumpun bunga berbagai warna disisi tiap padang rumput.
"Bapak sendiri yang jelasin kemarin malam,emang Bumi itu bulat dek",gadis itu menatap sabar anak laki-laki didepannya.
"Bapak gak bilang melengkung,bapak bilang mengikuti bentuknya.Bukan jalan,tapi berlayar",anak laki-laki itu membuang untaian mahkota dan tangkainya yang telah terurai ketanah.
"Nah,itu kamu ingat sendiri,dek.Harusnya kamu percaya,dong".
Anak laki-laki itu berbalik,"Ini bunga dikotilnya,akar tunggang,tulang daun rumit".Katanya sambil menyerahkan bunga bermahkota putih dengan ukuran sedang.
"Makasih dek!"
[....]
Jian Asdama.Terlalu panjang untuk menyebut biang masalah ini.
Dama.Cukup memanggilnya Dama,simpel dan mudah diingat.
Sampai semua orang di SMA Tunas 02 mengingat nama sederhana ini.Tapi,jangan cari dia dan jangan sebut namanya ditempat umum,apalagi hanya karena rasa penasaran.Jangan!
Atau sisa kehidupan sekolahmu yang tenang akan penuh keputus-asaan dan sangat melelahkan.
Karena seorang Jian Asdama sudah mendeklarasikan prinsip hidupnya,
"Gue,Jian Asdama,kapten dari pasukan ini.Gak akan pernah buat satu hal pun yang gue benci,menghuni bumi ini dengan tenang.Termasuk segala tentang SMA AbdiMulya!"
Begitu pernyataan singkat diawal perang kedua pihak ini.
Dan,hasilnya?
Jelas menang telak.Kemenangan pasukan yang diberi nama Aksara 14 ini membawa semua pasukannya berakhir diruang BK,tentunya dengan perjanjian yang ditanda tangani orang tua masing-masing.