Mentari keluar dari celahnya diufuk Timur.Berpadu bersama langit biru polos,semburat kuning dan jingganya mewarnai acak keseluruhannya.
Uap tipis mengepul keluar dari sudut jendela yang terbuka dari lantai dua bangunan itu.Aroma coklat panas tercempur krim susu berbaur menghilang bersama sejuknya pagi.
Lantunan lagu See You Again,mengalun merdu dari ruangan itu.Laki-laki dengan kaos hitam berlengan pendek duduk didepan mejanya,menikmati setiap tegukan dari minuman hangatnya.Aroma coklat yang manis memenuhi ruangannya.
I Will See You Again..
Lirik lagu itu menambah sendu atmosfer kamarnya.Wajah laki-laki itu penuh kedamaian,melengkapi tiap relief wajahnya yang tampan.Dimata itu kedua manik hitamnya bersinar sebening kaca.
Tok..Tok..Tok..
Bunyi ketokan dari pintu kamarnya.Menyadarkan dia dari kedamaian itu.
Dama mengambil langkah cepat membuka pintunya.Siapa sangka wajah itu bisa sedamai itu beberapa waktu lalu.Kini wajahnya datar tanpa riak emosi disana.Membawanya berhadapan dengan sosok wanita cantik nan anggun.Wanita itu memiliki kerutan-kerutan halus diwajahnya,bukti betapa lampau waktu menggerogoti rupa indahnya.
"Dama,ayo kebawah.Sarapan udah Bunda siapin",suara wanita itu lembut penuh keanggunan.Dama mengangguk,"Aku mandi dulu,Bun".
Kembali kedalam kamarnya,Dama segera memasuki kamar mandi.Melepas kaos hitamnya,memperlihatkan otot-otot tubuh yang terbentuk.Suara percikan air samar dari dalam sana.
Sementara,dilantai bawah,Nyonya Erina dan Tuan Aiman duduk menghadap deretan makanan diatas meja antik dengan bahan kayu jati.
"Sudah lihat hasil Olimpiadenya?",Tuan Aiman berbicara kepada istrinya.Mengangguk sambil mengambilkan lauk pendamping nasi putih untuk suaminya,Nyonya Erina menghela napas."Juara 1 lagi,tapi masalah kemarin belum selesai,Pak",ujarnya kepada laki-laki dengan kacamata berlensa tebal didepannya.
"Biar Bapak yang selesaikan.Bunda urus saja kegiatan lomba lain untuk bulan depan",suara dentingan sendok dan piring terdengar sesekali disela ia berbicara.
Tap..Tap..Tap..
Sosok Dama yang tinggi dengan wajah campuran Asia-Eropa itu,menuruni anak tangga.Disambut senyum kedua orang dimeja makan,Dama menghampiri Bapak sambil merangkul bahu Bapak.
"Pagi,Pak."
Tuan Aiman menepuk pelan lengan Dama.Kemudian memeluk Bunda disebelahnya,"Pagi,Bunda tercantik".
Membalas kata-kata manis itu,Nyonya Erina mencubit kecil pinggang Dama."Pintar gombal kamu ya".
"Duh,galak banget,sih,Madame!",Dama langsung meloncat kesebelah kiri Bapak,duduk berhadapan dengan Bunda dan Bapak disampingnya.
"Nah,kali ini juara 1 lagi,mau apa kamu,hah?",Bapak mengunyah makanannya sambil menatap penuh percaya diri.
Kali ini apalagi permintaannya,pasti bisa aku penuhi
Dama masih mengunyah makanan didalam mulutnya.Sambil menatap bulir-bulir nasi diatas piringnya,dia berkata asal,"Xexe".
Wajah Bapak seketika memucat.Bunda terbatuk kaget,"Apa kamu bilang tadi?".Masih tidak percaya,Bunda menunggu Dama mengulangi ucapannya.
Laki-laki itu diam tak bergeming,seakan semua candaan barusan tidak pernah terjadi.Dama tetap diam sambil melanjutkan suapan demi suapan tanpa peduli dengan Bunda yang menanti jawabannya.
Merasa situasinya berubah,Bunda langsung melirik kearah Bapak.Dengan isyarat,Bapak menyuruh Bunda untuk diam.
Atmosfer yang hangat dan damai digantikan rasa dingin dan mencekam yang meliputi ruang makan.Bunda mengunyah makanannya lambat,sedangkan Bapak disebelahnya berusaha menikmati makanannya.Walaupun keringat sebesar ibu jari menuruni dahinya yang mulai dingin.