Half Brother's

Hideyo Sakura
Chapter #2

Adirajada: Family's Problem

Adirajada membuka pintu pelan-pelan. Mama dan Papa masih berantem. Banyak sekali barang-barang yang terlempar ke sana-sini. Ruangan menjadi berantakan karena ada beberapa barang yang rusak. 

Kak Venna yang ada di tengah mencoba menenangkan Mama dan Papa. Adirajada menutup pintu. Tubuhnya tidak bisa menahan beban, sehingga dia terjatuh. Sambil memeluk boneka beruang yang lembut di dadanya, Adirajada mulai menangis. 

Kenapa Mama dan Papa selalu berantem, Kak Adam?” tanya Adirajada kepada seorang laki-laki yang mempunyai rambut pirang, mata hijau seperti zamrud, kulit putih, dan dia kelihatan seperti anak SMP. 

Adam hanya membuang muka ke samping dan mengambil napas yang panjang. “Itu hanya salah paham, Dik. Kamu yang sabar, ya?” jawab Adam dengan senyuman yang lemah, mencoba menenangkan Adirajada. 

“Sayang sekali Kak Adam sudah mati. Kalau Kak Adam masih hidup, pasti kakak Venna tidak perlu repot-repot menenangkan aku sekaligus Mama dan Papa,” komentar Adirajada dengan muka lesu. Senyuman Adam mulai menghilang. Adam mengangkat kepalanya. Dia kelihatan lemas, merasa bersalah, dan sedih. 

“Maaf ya, Ad. Aku tidak bisa menemani kamu terus, ya? Tapi, aku akan mencoba untuk menemani kamu sebisaku, ok?” Adirajada hanya mengangguk dengan lemah.  

Tiba-tiba, terdengar suara bantingan kaca yang sangat keras. Teriakan mulai menggema di ruang tamu. Pukulan, tangisan, dan kata-kata kasar terdengar dari belakang pintu kamar. Adirajada menjadi sangat takut, lalu memeluk Adam dengan badan yang bergetar, ingin menangis.  

Ia menutup telinganya supaya tidak mendengar barang-barang yang dibanting ke lantai sekaligus teriakan yang memenuhi ruang tamu itu. Matanya dibanjiri airmata. Adam melepaskan pelukan Adirajada pelan-pelan, membersihkan airmatanya, lalu mengelus kepala Adirajada supaya tenang. 

Hiks. Kak, apakah semua ini salahku?” tanya Adirajada,  

Adam menggeleng kepalanya sambil mengelus kepala Adirajada, “Enggak, kok. Semuanya bukan salahmu, Ad,” jawab Adam mencoba meredakan kegundahan hati Adirajada. 

Tiba-tiba, seseorang langsung mengetuk pintu dengan keras. Mama mulai berteriak dengan marah sambil terus mengetuk pintu kamar Adirajada. Adirajada sangat takut karena Mama selalu galak dan pemarah. 

Adam mengelus kepala Adirajada, mencoba menguatkan Adirajada. Adam menyuruhnya untuk mengambil napas yang panjang dan menenangkan diri, berpikir positif saja. Adirajada mengangguk dengan lemah.  

Adirajada menuruti saran Adam. Setelah mengambil napas panjang, menenangkan diri, dan berpikir positif, Adirajada mengangkat kepalanya dan membuka pintunya dengan sangat perlahan. 

“Ada apa, Ma?” tanya Adirajada sambil melihat ke arah Mama.  

Mama kelihatan kesal dan seperti akan meledak dalam beberapa detik. Mama langsung mengambil tangan Adirajada dengan keras secara paksa sampai Adirajada meringis kesakitan. 

“Ma! Sakit, Ma! Sakit!” ringis Adirajada sambil menahan rasa sakit. Mama tidak memedulikan Adirajada. 

Papa ada di depan mereka sambil menggandeng tangan Kak Venna. Mama melempar Adirajada ke lantai. Adirajada mencoba untuk berdiri sambil memegang tangan kirinya yang sakit. 

Lihat selengkapnya