Beberapa jam kemudian ...
“Bangun! Kita sudah sampai,” ujar Mama dengan tegas sambil mencubit pipi Adirajada. Adirajada terbangun sambil memegang pipi kanannya yang memerah. Ia membuka pintu mobil dan keluar.
Adirajada mengangkat kepalanya. Ada sebuah rumah modern berlantai dua di depannya. Di samping rumah tersebut, terdapat banyak bunga yang indah. Adirajada berdiri di tempatnya, terkagum dengan apa yang ada di depannya.
Adirajada langsung berlari ke arah pintu, tetapi Mama menarik Adirajada, merebut boneka yang dipegang Adirajada, merusaknya, dan membuangnya ke tong sampah. Adirajada sangat kaget melihat itu.
Beban di tubuhnya terlalu berat untuk dibawa sehingga dia terjatuh. Airmata mulai keluar dari matanya. Mama mengambil tangannya dan memaksa dia masuk rumah. Adirajada menoleh ke Mama dengan mata berkaca-kaca dan ingin menangis.
“Itu hadiah dari Kakak. Kenapa Mama merusaknya?” tanya Adirajada. Mama melihat Adirajada dengan kebencian di matanya. Adirajada membersihkan airmatanya dan terdiam. Mama membuka pintu rumah.
“Risa! Sini sebentar!” teriak Mama. Seorang wanita berumur tiga puluh tahun memakai kerudung berwarna kuning dan jubah bermotif bunga berlari ke arah Mama.
“Ada apa, Bu?” tanya wanita tersebut yang bernama Risa.
Mama melempar Adirajada ke lantai. Bu Risa membantu Adirajada yang mengangkat kepalanya dan mulai menangis. Bu Risa melihat mata birunya. Dia pun langsung melihat ke arah Mama.
“Ini kan anaknya -”
“Iya, dia anaknya si laki-laki sial itu,” kata Mama memotong kalimat Bu Risa. Mama menjauh dari Adirajada, membuka pintu, dan membantingnya dengan keras.
“Kenapa Mama membenciku?” tanya Adirajada. Bu Risa hanya mengambil napas yang panjang dan mengelus Adirajada.
“Mamamu hanya stres saja. Nanti, kalau Mama tidak stres, kamu bisa main sama Mama. Jadi, biarkan Mama istirahat dulu, ya?” kata Bu Risa dengan nada yang hangat. Adirajada melihat ke bawah sambil membersihkan airmatanya, lalu mengangkat kepalanya.
“Baiklah,” kata Adirajada sambil mengangguk dengan lemah. Bu Risa hanya tersenyum sambil memeluk Adirajada. Adam membungkuk, lalu mengelus kepala Adirajada, mencoba menenangkannya.
Beberapa menit kemudian ...
Adirajada mulai merasa bosan di dalam kamarnya. Dia ingin keluar tetapi juga tidak ingin keluar. Adam mengelus kepala Adirajada. “Bosan?” tanya Adam. Adirajada mengangguk dengan lemah. Adam hanya mengambil napas panjang.
“Mau main sama Kakak?” tanya Adam.
Adirajada langsung mengangkat kepalanya dan tersenyum dengan bahagia. Adam pun mengambil sebuah boneka teddy yang sudah tua di atas lemari. Ia membersihkannya pelan-pelan. Debu mulai bertebaran ke mana-mana.