Kantin.
Tempat paling representatif untuk membahas negosiasi bab tugas kelompok, tugas akhir, pendekatan pada si dia atau mengorek gossip terbaru dari emak-emak penjual. Diskusi panas tentang peta politik Indonesia ada di situ : ekstrim kanan, ekstrim kiri, moderat hingga ekstrim apatis. Bahasan artis paling religius dengan jilbab panjang atau artis gonta ganti pacar. Artis yang bolak balik nikah, pisah, nikah lagi. Sampai bahasan kopi dan beauty vlogger. Musik? Tidak perlu dibahas karena tiap lapak kantin menggelar konser sendiri : Didi Kempot dan Via Vallen adalah favorit. Musik cadas Linkin Park dan Breaking Benjamin sesekali melantun, Stephanie Putri dan Eva Maria de Jong lumayan menghanyutkan.
Cewek-cewek selalu jadi ratu pembeli.
Suka menghamburkan uang, berlama-lama di kantin memesan lebih dari satu jus gelas. Emak-emak penjual menyediakan gossip terkini demi menarik para dara berlama-lama ngobrol sembari membelanjakan uang. Lumayan. Menambah segelas milkshake.
“Mau lihat gak?”
Suara cadas kaum Adam menyaingi oktaf Chester Bennington.
“Apaan?”
“Ada adik kelas kita yang maju audisi.”
“Audisi apa?”
“Ah, ketinggalan kamu. Bintang Indonesia!”
“Fakultas apa? Anak mana?”
“Anak bahasa.”
Di pojok, tenggelam dalam pikiran hening di antara tumpah ruahnya kosa kata tiada henti mahasiswa, Lemon menajamkan pendengaran.
Di kantin, percakapan tumpang tindih.
Kadang, orang tidak sempat menyelesaikan kalimat dan obrolan karena harus segera bergabung dengan pihak lain yang sangat sulit ditemui. Ketua departemen kemahasiswaan, misalnya. Syukur-sukur bertemu asisten dosen!
Ibarat tulisan, kantin bukanlah penggambaran sebuah novel yang menyediakan ide dari awal sampai akhir. Tapi judul-judul berita clickbait yang simpang siur, dengan bobot kata yang mengejutkan mata. Orang mudah terdistraksi. Niat membahas event, malah menggosip. Niat membahas proyek, malah curhat.
Lemon berusaha tak mendengarkan pembicaraan omong kosong, tapi mau tak mau telinganya menajam. Di kantin, saat suara-suara tumpang tindih dalam keriuhan; entah mengapa telinganya justru dapat menangkap perbincangan yang memerahkan telinga.
Kaum Hawa ternyata tak lupus membahas Si-Lolos-Audisi-Bintang-Indonesia.
“Oh, anak bahasa yang rambutnya panjang itu?”
“Putih, tinggi, langsing?”
“Wajahnya mirip Irene, Red Velvet?”
“Bukan! Menurutku kayak Jisoo!”
“Ah, lebih mirip Raisa sih.”
“Yang sering naik Jazz hitam?”
“Gonta ganti sih mobilnya. Yang pasti gak pernah naik motor kayak kita-kita bwahahaha!”
Tawa itu tidak terdengar lucu.
No! Malah sarkas, garing dan sedikit meledek. Atau malah terdengar meratapi diri?
Lemon mengeluh dalam hati. Seperti apa cewek yang diperbincangkan kaum Adam dan Hawa di kantin? Entah ia mirip salah satu idol Indonesia atau Korea, yang pasti dia tentu cantik. Cantik make over, batin Lemon jahat. Bangku yang didudukinya mendadak memanas dan ia ingin sekali bangkit. Tapi teman-teman sepakat bertemu di sini, di kantin penuh berisi gossip menyebalkan.
Kantin kampus yang dikunjungi Lemon memang unik.
Kantin besar yang merupakan gabungan dua kampus swasta terkenal, kampus Bangsa dan kampus Nusa. Memadukan kampus dengan dua disiplin keilmuan yang sangat berbeda : kampus Bangsa lebih berat ke arah sains dan teknologi. Kampus Nusa lebih ke arah sosial, humainora. Konon kabarnya, dua pemilik yayasan kampus tersebut adalah kakak beradik yang dibesarkan dengan pinsip falsafah hidup tut wuri handayani.
Jarang-jarang Lemon menghabiskan waktu berlama-lama di kantin. Kantungnya bisa jebol. Ia bukan golongan mahasiswa berkasta tinggi yang bisa menghamburkan uang seenaknya. Bahkan, demi menghemat uang saku, ke mana-mana selalu membawa botol air sendiri. Berkali-kali gadis itu melihat pergelangan tangan. Awalnya memang melihat putaran jarum jam. Lama-lama hanya untuk mengalihkan perhatian. Duduk di pojok seperti ini, lumayan tersembunyi. Lemon juga melihat gawainya dan menggerutu, mengapa orang yang dinanti belum datang.
“Suaranya enak. Berapa kali dia tampil di band kampus kan?”
“Sudah sering manggung sejak SMA.”
“Waktu kampus sebelah menggelar Japan Fun Festival, dia meng-cover lagunya Yoasobi. Yoru ni kakeru.”
“Aah, cewek yang pakai yukata pink itu? Aku kayaknya masih nyimpan foto dia pas nyanyi.”
“Masih single?” tanya sebuah suara disusul tawa terkikik.
Nah.
Telinga Lemon makin panas.