Halfway

daylight
Chapter #2

Kemarin, Sekarang dan Besok

Siang jam istirahat di kantin sekolah tepat pukul 10.30, dua pelajar tengah berbicara dengan sangat lantang tanpa memikirkan keadaan sekitar. "Haaaaahhh? Dia menyukaiku?" Kata Narendra dengan suara lantangnya. "Hei kau bodoh atau bagaimana? Apa yang sudah kamu lakukan sampai dia menyukaimu?" Sambung Kayla dengan suara yang tak kalah lantang. "Haaaahhhhh? Gila ya aku tidak melakukan apa-apa yang benar saja dia menyukaiku? Kau tahu jika diibaratkan dengan minuman yang perlu diberi pemanis untuk dapat diminum, aku sama sekali tidak memberi pemanis pada minuman itu bahkan bagiku dia hanyalah minuman hambar yang tidak cocok di minum oleh siapa pun." Kayla tertawa karena terheran dengan tingkah temannya yang satu ini. "Waahhhhh, maafkan orang bodoh ini ya, Tuhan. Kau benar-benar jahat kalau memang kamu tidak menyukainya ya sudah tidak perlu membuat istilah seperti itu bodoh." Narendra dan Kayla seperti dua sejoli dengan ikatan persaudaraan yang aneh dulu mereka adalah satu keluarga menjadi saudara tiri sebelum orang tua mereka bercerai dan mereka pernah berpacaran sebelum orang tua mereka saling mengenal.

Tiba-tiba dari arah yang berlawanan seseorang yang mereka bicarakan datang di barisan kerumunan antrian makanan di kantin. Mereka yang berada disekitar Narendra dan Kayla sudah mengerti arah pembicaraannya mengarah pada siapa. Kayla menyadari keberadaannya dan dengan santainya memanggil namanya. "Hei, langitku kemarilah kau dari mana saja?" Dia menyadari beberapa orang disekitarnya memberinya kode untuk tidak menghampiri dua orang itu. Dia mengiyakan dengan senyuman sebagai ucapan terima kasih tetapi dia tetap menghampiri dua orang itu. Belum sampai di tempat duduk dimana Narendra dan Kayla duduk, tiba-tiba ada suara dari arah belakang tepat dibelakang ia berdiri. "Hoy, Cewek bodoh! Bukankah sejak tadi kamu sudah dengar apa yang mereka katakan tentang dirimu?" Seketika itu semua orang berpusat ke arah Narendra dan Kayla.

"Oh, kau sudah tahu ternyata? Bagaimana kau suka kan? Kenyataannya memang begitu sudahlah kau tidak perlu sedih aku hanya menyadarkanmu agar dirimu tidak terlalu jauh untuk melangkah dan sadarlah kau siapa?" Kata Narendra kemudian yang membuat seisi kantin jengkel bukan main.

"Hai, Sky. Aku mengajarimu agar kau tidak bodoh tapi sayang kau terlalu bodoh!" Sambung Kayla yang tak kalah semakin membuat semua orang jengkel.

"Aku tidak bodoh aku tahu segalanya yang kalian tidak tahu. Sungguh kasian sekali bisa-bisanya aku berteman dengan kalian. Kalian hanya dua orang berantakan yang kehilangan kepercayaan diri. Kalian tahu kupikir aku punya rahasia tentang kalian yang aku pun tak perlu mengatakannya karena semua orang sudah tahu dan itu tidak penting bagiku untuk mengatakannya pada semua orang."

"Dan kau cowok menyebalkan aku tidak pernah sedikit pun ada niatan untuk menyukaimu sama sekali tidak aku sangat jijik mengetahui bahwa yang kau tahu aku menyukaimu itu sama sekali tidak benar! Asal kau tahu saja aku hanya menguji pertemananku dengan Kayla dengan aku berkata menyukaimu."

Narendra dan Kayla hanya terbahak-bahak dengan muka yang sangat-sangat menyebalkan kemudian berajak dari tempat duduk, mereka pergi dan keduanya menabrak sisi lenganku dengan memasang tatapan yang dingin. Sebenarnya aku tidak kuasa melakukan hal itu, tetapi entah tiba-tiba saja aku terpancing akan atmosfer di kantin seperti menerima sebuah dukungan. Semua orang perlahan pergi seperti tidak pernah terjadi apa-apa.

Sky tersadar dari lamunannya, dia tersadar bahwa apa yang ada diotaknya membawanya untuk memutar apa yang terjadi di masa lalu. Masa lalu yang ia miliki membawanya kepada ingatannya tentang Narendra dan Kayla, yang sebenarnya kenangan itu sudah lama ia tutup rapat-rapat dan tidak pernah terpikirkan lagi olehnya. Sky menghela nafas, menutup kedua matanya dan bersandar di deretan dinding kamarnya. Aku tidak pernah tahu tentang dua orang itu karena aku pun tidak ingin mencari tahunya. Cowok itu apa kabar ya?

***

Kali ini tidak main-main otakku sangat tidak manusiawi selalu membawaku ke dalam kenangan-kenangan yang sudah kukubur dalam-dalam. Aku tidak ingin mengingatnya semakin dalam tapi entahlah seolah-seolah isi kepalaku menuntunku agar aku tetap mengingatnya. Ini membuatku sulit untuk membangun moodku di pagi hari dan pada akhirnya aku menerima ajakan Alta untuk menemaninya ke toko buku agar aku tidak memikirkan hal-hal yang buruk. Sambil menunggu Alta datang aku berjalan ke arah tumpukan buku yang kusukai. Aku tidak akan bisa menikmati toko buku yang ramai, itu membuatku tidak nyaman dan pusing. Hanya toko buku inilah yang terasa damai. Entahlah, aku sudah banyak berbicara dalam hati dan aku sudah berkeliling hampir di penjuru ruangan ini tapi Alta tidak kunjung datang. 

"Sky, kamu Sky, kan?" Suara yang membelakangiku mengagetkanku.

Lihat selengkapnya