Aku selalu percaya bahwa cowok ganteng itu diciptakan Tuhan bukan hanya untuk dipandang, tapi juga untuk dijadikan motivasi belajar.
Beneran.
Contohnya aja, begitu aku tahu Arval Kaesyn berdiri di depan papan pengumuman nilai, mataku langsung auto fokus.
Tiba-tiba aku ingat rumus matematika yang selama ini aku anggap legenda urban.
Masalahnya, cowok itu bukan cuma ganteng, dia kayak karakter yang keluar dari novel remaja favoritku, tapi versi yang di-remix sama Tuhan jadi agak kejam. Dingin, misterius, ngomong seperlunya, dan senyumnya? Cuma muncul dua kali dalam setahun akademik.
Nama lengkapnya: Arval Kaesyn.
Ketua OSIS, siswa paling populer di sekolah, dan manusia yang bisa main basket sehalus nada gitar akustik.
Kalem, berwibawa, dan punya tatapan yang bikin udara di sekitar menurun tiga derajat.
Sementara aku, Raina Alverina, siswi kelas dua belas dengan tiga prinsip hidup sederhana:
1. Cowok ganteng adalah sumber motivasi belajar.