Hallo, Cinta Yang Kutulis Di Catatan Fisika

Mba Rerima
Chapter #2

Bab 1 - Fungsi Buku Fisika

Pagi itu, langit sekolah kelabu, tapi rambutku sudah lebih berantakan dari awan-awan di atas kepala.

Aku berlari ke gerbang SMA Lazuardi sambil menggenggam buku catatan fisika yang isinya bukan rumus-rumus, tapi... coretan doa absurd semalam.

“Tuhan, kalau dia jodohku tolong deketin. Kalau bukan jodohku... ya gapapa deketin aja. Emang kenapa?”

Aku menatap tulisan itu sambil menyesali keputusan hidupku yang terlalu impulsif di tengah malam. Tapi ya sudahlah. Kadang manusia harus sedikit gila biar semesta punya alasan buat hiburan.

“Raina! Upacara udah mulai!” teriak Rere, sahabatku yang hobi teriak seperti toa masjid menjelang sahur.

“Aku cuma ambil napas dulu!” seruku, padahal napas itu udah terengah-engah dari tadi.

Kami berlari menyeberangi halaman sekolah yang setengah becek, dan saat itulah mataku menangkap sosok itu.

Sosok yang jadi alasan kenapa nilai fisikaku hancur tapi motivasi belajarku melonjak drastis.

Arval Kaesyn, si ketua osis

Versi manusia dari equation of perfection yang bikin semua guru bangga dan semua murid merasa tidak layak hidup.

Seragamnya rapi, rambutnya sedikit berantakan tapi entah kenapa malah terlihat seperti hasil karya seni. Ia berdiri di depan mikrofon dengan ekspresi serius, dingin seperti freezer tapi tetap memancarkan aura mahal yang entah dari mana datangnya.

“Aku tuh cuma pengen tahu,” bisikku pelan ke Rere, “kalau cowok kayak dia tersenyum, apakah bumi ikut bergetar?”

Rere menatapku datar. “Yang bergetar cuma nilai raportmu, Ra.”

Ya, itu valid. Tapi apa salah kalau aku bermimpi sedikit?

Lihat selengkapnya