Hallo, Cinta Yang Kutulis Di Catatan Fisika

Mba Rerima
Chapter #7

Bab 6 - Pengumuman Baru

Pagi itu suasana sekolah terasa sedikit lebih ribut dari biasanya. Bukan karena ulangan dadakan, bukan juga karena gosip terbaru di kelas sebelah, melainkan karena satu pengumuman yang sejak tadi berputar dari mulut ke mulut.

Acara camping tahunan.

Bel masuk belum berbunyi, tapi hampir seluruh siswa sudah memenuhi kelas dengan wajah campur aduk antara antusias dan waswas. Ada yang sibuk membayangkan api unggun dan malam berbintang, ada juga yang langsung teringat tidur di tenda sempit dan mandi pakai air dingin.

Tak lama kemudian, pengeras suara sekolah berderak pelan.

“Perhatian seluruh siswa. Diharapkan untuk mendengarkan pengumuman.”

Suasana kelas langsung mereda, meski bisik-bisik masih terdengar samar.

“Dalam rangka kegiatan tahunan sekolah, kita akan kembali mengadakan camping education seperti tahun-tahun sebelumnya,” suara Wakil Kepala Sekolah terdengar formal namun penuh semangat. “Namun, tahun ini akan sedikit berbeda.”

Raina yang sedang mengikat rambutnya spontan berhenti bergerak. “Beda gimana?” gumamnya pelan.

“Sekolah kita akan berkolaborasi dengan beberapa sekolah lain yang juga ikut berpartisipasi dalam kegiatan camping tahun ini.”

Suara riuh kecil langsung memenuhi kelas.

“Hah? Sekolah lain?”

“Gabungan?”

“Serius?”

Dita langsung menoleh ke Raina dengan mata berbinar. “Ra. RA. Denger nggak? Sekolah lain!”

Raina mengangguk pelan, alisnya sedikit terangkat. “Iya… ini kayaknya bakal ribet.”

Namun pengumuman belum selesai.

“Untuk melatih kerja sama dan sosialisasi, pembagian kelompok camping akan dilakukan secara acak dan digabung dengan siswa dari sekolah lain.”

Hening sepersekian detik.

Lalu—

“APA?!” suara kompak satu kelas nyaris bersamaan.

Raina refleks menutup telinganya. “Oke, ini resmi jadi ribet.”

Dita justru semakin semangat. “Ini seru tau! Bisa kenal orang baru. Siapa tahu ketemu cowok ganteng dari sekolah lain.”

“Siapa tahu juga ketemu orang yang bikin hidup kita makin capek,” sahut Raina datar.

Pengeras suara kembali berbunyi. “Pembagian kelompok akan diumumkan beberapa hari ke depan. Diharapkan seluruh siswa mempersiapkan diri dengan baik.”

Klik.

Pengumuman selesai, tapi efeknya baru saja dimulai.

Satu kelas langsung dipenuhi spekulasi, teriakan, dan drama imajiner. Raina bersandar di kursinya sambil menatap langit-langit.

“Camping… kelompok acak… sekolah lain…” gumamnya. “Kenapa aku ngerasa hidupku bakal makin nggak tenang ya?”

Dita menyeringai lebar. “Tenang aja, Rai. Selama kita satu kelompok, semua akan baik-baik aja.”

Raina meliriknya malas. “Itu justru bagian yang bikin aku khawatir.”

Bel pelajaran pertama berbunyi nyaring, memotong sisa kegaduhan kelas yang masih membahas pengumuman camping gabungan. Kursi bergeser, tas dibuka, dan desahan berat terdengar dari berbagai sudut.

Raina menjatuhkan tubuhnya ke kursi sambil menghela napas. “Aku baru aja bangun pagi dengan damai, terus sekolah langsung ngumumin chaos.”

Dita menoleh dengan mata berbinar. “Chaos yang berpotensi romantis.”

“Jangan pakai kata itu dulu,” sahut Raina cepat. “Aku masih mau hidup tenang.”

Pintu kelas terbuka dan Pak Haris masuk, membawa buku tebal dan ekspresi yang menurut pengalaman jarang membawa kabar baik.

“Selamat pagi,” ucapnya.

“Pagi, Pak…” jawab kelas, kali ini lebih pelan.

Pak Haris menulis judul besar di papan tulis:

Hukum Newton – Penerapan

“Kalian sudah dengar soal camping,” katanya tanpa berbalik. “Dan saya yakin sebagian dari kalian langsung membayangkan api unggun, marshmallow, dan foto-foto estetik.”

Lihat selengkapnya