Okta begitu bimbang di hadapan istrinya, Alma. Hari ini rencananya ia akan mendatangi kantor lamanya untuk melamar pekerjaan, seperti yang disarankan istrinya tersebut. Okta merasa bahwa harga dirinya akan dipertaruhkan. Ia akan sangat malu. Namun, tidak ada cara lain yang bisa dilakukan. Ia sedang terdesak, istrinya, mungkin, beberapa hari lagi akan melahirkan. Dan ia, sama sekali tidak punya uang dan pekerjaan. Bukankah ia sedang butuh banyak uang untuk biaya persalinan?
Okta sebenarnya enggan melakukannya, dan entah dengan hari ini, perasaannya sangat lain. Ia sangat gelisah, entah karena berhubungan dengan kelahiran istrinya yang sudah dekat, atau hal lain. Ia tidak bisa menemukan jawabannya sebelum berangkat.
Ketika Okta begitu ragu dengan kepergiannya, tidak dengan Audy. Gadis itu begitu yakinnya bahwa kepergiannya harus terjadi. Sementara orangtuanya tidak tahu sama sekali rencanannya itu, Audy sudah terlebih dahulu bergegas dengan lelaki yang sangat ia cintai, Seno.
Ia, juga kekasihnya itu berjanji dengan segenap hati kalau cinta mereka tak akan terpisahkan oleh apa pun, kecuali ajal.