Halte Harmony

Utep Sutiana
Chapter #3

BAGIAN 1 - CASTING

Armielda



Kusentuh ujung bibirku dengan jari telunjuk untuk memastikan bahwa lipstick-ku menempel sempurna. Berkali-kali kutatap bayanganku di depan cermin seraya tersenyum. Tidak ada lagi sosok Armielda, guru muda yang letih berjuang untuk sebuah peluang menjadi Abdi Negara sebagai guru yang digaji pemerintah lewat SK Pengangkatan, bukan lagi guru honorer. Di hadapanku, semuanya telah berubah. Aku menjadi calon primadona baru dunia hiburan nasional yang kelak akan menjadikanku artis papan atas Indonesia. Aku tidak sedang bermimpi. Ini hanya sebuah cita-cita yang harus kuraih. Aku sedang terobsesi? Tentu saja. Bukankah semua orang berhak memiliki obsesi? Tak terkecuali dengan diriku.


Jariku berpindah. Kali ini aku menempelkannya perlahan di atas lukisan alisku yang tampak begitu indah. Aku sangat puas dengan apa yang kulakukan dengan alisku tersebut. Dulu, ketika masih tinggal di desa, menjadi guru adalah menjadi tokoh panutan yang segala tindak-tanduk yang dilakukannya begitu disorot, termasuk tata cara berdandan dan berpenampilan. Mencukur bulu alis, jelas sebuah kesalahan fatal. Tidak dengan di sini, di ibukota yang belum setahun aku singgahi. Di sini segalanya adalah mungkin. Tidak ada yang berani mencela, menasihati, bahkan melarang. Aku bebas menjadi Armielda yang calon model dan artis terkenal.


Sebelas bulan bukan waktu yang sebentar untuk memperjuangkan hidup. Aku cantik. Itu menurut orang-orang, dan faktanya memang demikian. Lantas apakah sebuah kesalahan bila aku memanfaatkan kecantikan itu untuk sebuah obsesi? 


Dari audisi ke audisi aku lakukan. Dari casting ke casting aku ikuti. Dalam sebelas bulan tersebut hanya menghasilkan beberapa kontrak kecil pemotretan yang honornya hanya mampu digunakan untuk kebutuhan hidup beberapa minggu saja. Tidak dengan hari ini, keberuntungan itu sepertinya sedang berpihak kepadaku. Kemarin aku mendapat panggilan untuk pemotretan sebuah produk parfum merk ternama. Sangat luar biasa. Akhirnya, aku mendapatkannya.


Di luar cuaca tampak cerah. Awan yang seputih kapas berarak sempurna di antara langit yang berwarna sempurna pula, biru. Hari yang sangat menyenangkan. Ini adalah awal dari segala mimpiku. Aku berharap demikian.


Lihat selengkapnya