Halte Harmony

Utep Sutiana
Chapter #13

BAGIAN 2 - MENEBUS KESALAHAN

Indira


Aldo berdiri gagah di dalam basement, kali pertama aku melihat tatkala pintu lift terbuka sempurna.

Tidak biasa kalau penampilannya sedikit tidak rapi. Ia tersenyum. Namun, aku melihat sesuatu yang mendung bergayut di belakang matanya.

Ini pertemuan kedua, tetapi aku merasa seolah sudah sering melihatnya. Rapi, kharismatik, dan dandy, itu kali pertama menangkap kesan di pertemuan pertama. Kali ini, sedikit berubah, tidak banyak.

Kemeja putihnya kusut pada beberapa bagian. Blue jeans-nya pun demikian, ada sedikit koyak terlihat di dekat lututnya, lebih seperti bekas gesekan setelah terjatuh. 


Ia di sana, menatapku penuh sesal. Aku segera keluar dari lift.


“Maaf,” sesalnya. Terdengar berat dan serbasalah.


Kalau aku seorang Indira dua bulan lalu, kemungkinan terburuk adalah mendamprat lelaki itu dan merepet, memburaikan seluruh kekecewaan dengan kalimat yang sangat pedas.


Membatalkan rencana sepihak bagiku adalah sebuah kesalahan besar. Kali ini aku tidak melakukannya. Senyumku tersungging, sedikit dipaksakan. Alasannya kenapa, aku masih belum tahu.


“Aku akan memaafkanmu bila alasan yang kamu berikan masuk akal.”

Sisa sifat Indira yang sedikit pongah masih ada. Dalam hati aku merutuk, kenapa kalimat itu harus muncul padahal aku sudah berjanjji kepada diriku bahwa sikapku harus berubah.


“Papaku tiba-tiba kolaps. Serangan jantung,” ucapnya penuh ketakutan. “Dan aku panik hingga melupakan janji itu.”


Oh!


Dalam hati aku terkejut. Sama sekali aku tidak berpikir hal seperti itu bisa terjadi.

Aku terlanjur men-judge Aldo sebagai lelaki sialan—seolah menyesal telah kenal denganku,  seperti lelaki  lain yang pernah mendekatiku. Nyatanya, Aldo tidak begitu.


Aku tidak berkata untuk sejenak, mencoba melihat kejujuran di matanya. Aku menemukannya.


“Aku turut prihatin,” ujarku.


“Terima kasih,” jawabnya. “Sebagai penebusan rasa bersalahku, aku ingin mengajakmu minum kopi. Bagaimana?”


“Papamu?” Aku tidak menginginkan Aldo mengajakku pergi kalau papanya masih terbaring memprihatinkan.


“It’s oke. Papa berhasil diselamatkan. Dan aku sudah bisa bernapas lega.” Mata Aldo berbinar, harapan itu masih menyala. Aku tahu itu artinya apa.

Lihat selengkapnya