Halte Harmony

Utep Sutiana
Chapter #14

BAGIAN 3 - BIMBANG

Okta


Sudah hampir jam sepuluh. Aku melirik laju jam dinding yang tertanam di bagian atas halte. Itu artinya sudah hampir tiga jam aku tidak beranjak ke mana pun.

Mobil Pajero Sport yang dikemudikan si pemuda kriwil itu masih terparkir di sana, pun dengan sepasang muda-mudi yang berpenampilan lusuh masih bercakap dengan asyiknya, sementara pemuda berkemeja kotak-kotak di sampingnya masih terduduk dengan sorot mata menerawang. Ada apa dengan mereka?


Bus sudah bergantian masuk dan pergi. Aku masih tertahan di sini. Dari rumah aku sudah memantapkan diri pergi ke kantor lama, nyatanya di halte ini, kebimbangan muncul lagi.

Aku tidak segera pergi dengan bus yang singgah di halte ini dengan alasan masih bimbang. Lantas, alasan apa yang mereka punya hingga masih bertahan di dalam halte? Aku tidak punya jawaban sekaligus tidak ingin menanyakannya.


Aku mengecek layar ponselku, berharap ada pesan singkat yang masuk. Mungkin dari Alma, atau dari teman yang mau membantuku memberi pekerjaan, atau dari tetangga dekat yang mengabarkan bahwa Alma sudah mau lahiran, atau….


Aku melihat pemuda yang kusangka sebagai seorang mahasiswa akhir di depan sana. Ia sepertinya sedang kebingungan, terlihat dari caranya yang seperti orang linglung; mondar-mandir tidak keruan.

Bukan aku saja yang memperhatikan polahnya, yang lain pun demikian. Banyak dari mereka yang mengerutkan dahi. Mungkin mereka bertanya: ada apa dengan dirinya?


Inginnya aku mendekat. Urung kulakukan. Bukan urusanku.


Dari arah jalan raya, sebuah bus terseok-terseok kelebihan muatan.

Beberapa orang mulai berebut untuk segera menaikinya. Selain aku, sepasang muda-mudi itu ikut bergerak. Aku sudah memutuskan untuk pergi.

Perihal hasilnya seperti apa aku sudah tidak mau peduli: diterima lagi syukur, tidak pun tidak apa. Mungkin bukan rezekiku.


Lihat selengkapnya